Liputan6.com, Beijing - China menjatuhkan hukuman mati dengan masa percobaan kepada mantan pemimpin perusahaan produsen teknologi dan semikonduktor milik negara Tsinghua Unigroup, Zhao Weiguo, pada Rabu (14/5/2025).
Zhao mulai menjalani penyelidikan resmi pada 2022. Setahun kemudian, dia secara resmi didakwa atas tuduhan korupsi. Demikian seperti dilansir CNA.
China telah berupaya meningkatkan kemandiriannya di bidang semikonduktor, yang digunakan dalam berbagai perangkat mulai dari televisi hingga senjata dan superkomputer. Upaya ini semakin diperkuat karena semikonduktor menjadi fokus ketegangan perdagangan antara China dan negara-negara seperti Amerika Serikat (AS).
Tsinghua Unigroup berhasil menjadi salah satu produsen chip terkemuka di China setelah melakukan serangkaian akuisisi, namun di bawah kepemimpinan Zhao, perusahaan menumpuk utang dalam jumlah besar.
Pada 2020, perusahaan ini gagal melunasi beberapa obligasi, yang kemudian memicu proses restrukturisasi yang kompleks dan mengakibatkan perubahan kepemilikan.
Bayar Denda
Menurut siaran televisi pemerintah, CCTV, Pengadilan Rakyat Menengah Kota Jilin di Provinsi Jilin pada Rabu menyatakan Zhao bersalah atas tindakan korupsi dalam skala besar, mencari keuntungan secara ilegal, dan secara sengaja merugikan kepentingan perusahaan terbuka.
Dia dijatuhi hukuman mati dengan masa percobaan dua tahun, dicabut hak politiknya seumur hidup, dan diperintahkan untuk menyerahkan seluruh aset pribadinya.
Zhao juga diharuskan membayar denda sebesar 12 juta yuan.
Hukuman Mati Ditunda Karena Kooperatif
Zhao, yang berusia akhir 50-an, adalah lulusan Universitas Tsinghua yang bergengsi di Beijing. Dia mulai bekerja pada tahun 1993 di Tsinghua Unigroup, perusahaan yang memiliki hubungan sejarah dengan universitas tersebut.
Seiring waktu, Zhao naik jabatan secara bertahap dan menjabat sebagai pemimpin perusahaan sejak tahun 2009 hingga saat penyelidikannya berlangsung.
Menurut laporan CCTV, pengadilan menemukan bahwa Zhao bersama seorang kaki tangannya memanfaatkan posisinya untuk membeli properti yang seharusnya dimiliki oleh perusahaan dengan harga sangat murah. Hal ini menyebabkan mereka secara ilegal menguasai aset negara senilai 470 juta yuan.
Selain itu, Zhao juga merugikan negara lebih dari 890 juta yuan ketika membeli jasa dari perusahaan kaki tangannya dengan harga yang jauh lebih tinggi dibandingkan nilai pasar.
"(Zhao) menggelapkan sejumlah uang yang sangat besar dan menyebabkan kerugian yang sangat serius bagi kepentingan nasional, sehingga harus dijatuhi hukuman mati," ungkap pengadilan.
"Namun, pelaksanaan hukuman tidak akan langsung dilakukan karena Zhao bekerja sama dengan jaksa dan mengembalikan uang yang diperolehnya secara tidak sah."