Iran Ucapkan Terima Kasih atas Dukungan China selama Perang dengan Israel

4 days ago 16

Liputan6.com, Beijing - Menteri Pertahanan Iran Aziz Nasirzadeh menyampaikan terima kasih kepada China atas dukungannya dalam perang melawan Israel. Ucapan itu dia sampaikan dalam kunjungan resminya ke China, menandai perjalanan luar negeri pertamanya sejak perang selama 12 hari antara Iran dan Israel yang sempat melibatkan Amerika Serikat (AS).

Menurut kantor berita resmi China, Xinhua, Nasirzadeh menyampaikan bahwa dirinya berterima kasih kepada China atas pemahaman dan dukungannya terhadap sikap Iran yang sah menurut hukum internasional.

Seperti dilansir CNN, dia menambahkan, "Saya berharap China terus menjunjung keadilan dan memainkan peran yang lebih besar lagi dalam menjaga gencatan senjata saat ini serta meredakan ketegangan di kawasan."

Kunjungan Nasirzadeh ke China dilakukan dalam rangka menghadiri pertemuan dua hari Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) yang dimulai pada Rabu (25/6/2025), di kota pesisir Qingdao. Pertemuan tersebut digelar sehari setelah tercapainya gencatan senjata antara Iran dan Israel, yang meredakan rangkaian serangan udara selama hampir dua pekan, termasuk serangan AS terhadap tiga fasilitas nuklir Iran.

Nasirzadeh menjadi salah satu dari sembilan menteri pertahanan yang menghadiri pertemuan tersebut.

SCO merupakan organisasi keamanan regional yang dipimpin oleh China dan Rusia, yang semakin berkembang sebagai blok alternatif terhadap aliansi yang dipimpin AS.

Pertemuan SCO itu sendiri bertepatan dengan forum para pemimpin NATO di Den Haag. 

Sekutu Ekonomi dan Diplomatik

Menteri Pertahanan China Dong Jun tidak secara langsung menyinggung konflik Israel-Iran dalam sambutannya, namun dia menggunakan forum SCO untuk menekankan visi alternatif China terhadap tatanan global.

"Unilateralisme dan proteksionisme tengah meningkat, sementara tindakan hegemonik, sewenang-wenang, dan penuh intimidasi secara serius merusak tatanan internasional, menjadikan praktik-praktik ini sebagai sumber utama kekacauan dan kerusakan," kata Dong.

Dong menyerukan negara-negara anggota SCO – yang terdiri dari China, Rusia, India, Iran, Pakistan, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, Uzbekistan, dan Belarus – untuk meningkatkan koordinasi dan membela keadilan dan hukum internasional serta menjaga stabilitas strategis global.

Menurut Xinhua, negara-negara yang hadir menyampaikan keinginan kuat untuk mengonsolidasikan dan mengembangkan kerja sama militer.

Pejabat China sebelumnya telah mengecam serangan Israel pada 13 Juni terhadap Iran, yang menewaskan sejumlah tokoh militer senior Iran dan memicu eskalasi militer. China juga mengkritik serangan AS terhadap Iran, serta mendukung gencatan senjata.

Pemerintah China menyebut keterlibatan AS sebagai pukulan berat terhadap rezim non-proliferasi nuklir internasional.

Sebagai sekutu ekonomi dan diplomatik utama, China dalam beberapa tahun terakhir telah memperdalam hubungan dengan Iran, termasuk melalui latihan angkatan laut bersama hingga dukungan terhadap posisi Iran dalam berbagai forum internasional. China telah lama menolak sanksi AS terhadap Iran dan mengecam keputusan Washington keluar dari kesepakatan nuklir 2015.

China dilaporkan masih menjadi pembeli energi terbesar Iran, meskipun menurut analis, pembelian minyak Iran tidak tercatat dalam data bea cukai resmi China sejak 2022. Laporan CNN mengungkapkan bahwa dalam beberapa bulan terakhir, bahan kimia buatan China yang digunakan untuk membuat bahan bakar rudal telah dikirim ke Iran.

Meski begitu, menurut para analis, China tidak ingin terlibat lebih jauh secara militer dalam konflik. China lebih memilih memanfaatkan situasi ini untuk memosisikan dirinya sebagai kekuatan global yang bertanggung jawab, sementara menggambarkan AS sebagai pihak yang memperburuk ketidakstabilan.

Ketika ditanya dalam konferensi pers pada Kamis apakah China akan memberikan bantuan militer secara langsung kepada Iran sebagai anggota SCO, juru bicara Kementerian Pertahanan China Zhang Xiaogang menjawab, "China bersedia bekerja sama dengan semua pihak untuk memainkan peran konstruktif dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah."

SCO dan Tantangannya

Organisasi SCO didirikan pada 2001 oleh China, Rusia, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, dan Uzbekistan, dengan tujuan utama memerangi terorisme dan menjaga keamanan perbatasan. SCO bukan merupakan aliansi militer dan menyatakan misinya sebagai upaya bersama untuk menjaga perdamaian, keamanan, dan stabilitas kawasan.

SCO juga menghadapi sejumlah tantangan internal, seperti ketegangan antara Pakistan dan India yang tahun ini kembali memanas, serta konflik perbatasan yang belum tuntas antara China dan India.

Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri India yang dikutip oleh Reuters, pertemuan di Qingdao tidak menghasilkan pernyataan bersama karena tidak tercapainya konsensus mengenai istilah terorisme.

Pertemuan SCO kali ini menandai kunjungan pertama Menteri Pertahanan India Rajnath Singh ke China sejak bentrokan perbatasan berdarah antara kedua negara pada tahun 2020.

Read Entire Article