Liputan6.com, Phnom Penh - Perdana Menteri (PM) Kamboja Hun Manet pada Minggu (22/6/2025) mengatakan, negaranya akan menghentikan seluruh impor bahan bakar dari negara tetangga Thailand.
Langkah ini diambil seiring meningkatnya ketegangan akibat sengketa perbatasan yang sedang berlangsung.
Kedua negara kembali diwarnai ketegangan sejak seorang tentara Kamboja tewas bulan lalu dalam baku tembak antar pasukan di wilayah sengketa yang dikenal sebagai Segitiga Zamrud, tempat perbatasan kedua negara dan Laos bertemu.
"Mulai tengah malam ini, seluruh impor bahan bakar (BBM) dan gas dari Thailand akan dihentikan," kata PM Hun Manet melalui sebuah unggahan di Facebook seperti dilansir CNA.
Dia menyebutkan bahwa perusahaan-perusahaan energi akan dapat mengimpor secara memadai dari sumber lain untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar dan gas domestik.
Gejolak Politik di Thailand
Thailand telah memberlakukan pembatasan di beberapa pos pemeriksaan perbatasan dengan alasan keamanan nasional. Pada Minggu pula, Kamboja menutup dua pos perbatasan sebagai tindakan balasan.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada Minggu, Kementerian Luar Negeri Kamboja mengimbau warganya agar tidak bepergian ke Thailand kecuali jika benar-benar diperlukan, sementara departemen urusan konsuler Thailand memperingatkan warga Thailand di Kamboja untuk menghindari area-area unjuk rasa.
Perselisihan perbatasan ini telah memicu gejolak politik di Thailand setelah bocornya percakapan telepon antar pemimpin yang kemudian memunculkan kritik dalam negeri terhadap Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra.
Partai koalisi terbesar dalam pemerintahan Thailand menarik dukungannya awal pekan ini di tengah semakin kerasnya tuntutan agar Paetongtarn mundur. Paetongtarn sendiri terpaksa meminta maaf kepada publik atas percakapan teleponnya dengan Presiden Senat Kamboja Hun Sen, di mana dia dinilai mengorbankan kepentingan negaranya.
Hun Sen, yang merupakan ayah dari PM Hun Manet, menjalin hubungan erat dengan dinasti Shinawatra.
Menurut Bank Dunia, Thailand merupakan mitra dagang terbesar ketiga bagi Kamboja pada 2022, dengan nilai impor mencapai USD 3,8 miliar, di mana 27 persen di antaranya berupa bahan bakar.
Sebelumnya pada Minggu, Kementerian Pertahanan Kamboja menuduh militer Thailand melanggar kesepakatan dengan mengawal sekitar 150 pesepeda untuk mengunjungi sebuah kuil sengketa di dekat perbatasan.
Militer Thailand membantah telah melakukan pelanggaran, dengan mengatakan bahwa kejadian itu hanyalah sebuah kesalahpahaman.