Emosi Anak Meledak, Ini Cara Mengatasi Tantrum Menurut Dokter Anak

1 week ago 23

Liputan6.com, Jakarta Tantrum adalah luapan emosi yang tidak terkendali, sering kali ditandai dengan kemarahan, frustrasi, dan perilaku yang sulit dikendalikan. Kondisi ini umum terjadi pada anak-anak, terutama usia balita, sebagai cara mereka mengekspresikan emosi yang belum bisa mereka sampaikan dengan kata-kata. 

Tantrum jelas sangat menjengkelkan orang tua, Otomatis, memahami akar penyebab tantrum akan membantu orang tua merespons dengan lebih efektif dan memberikan dukungan yang dibutuhkan anak. Dengan penanganan yang tepat, tantrum dapat menjadi kesempatan bagi anak untuk belajar mengelola emosi dan mengembangkan keterampilan sosial yang penting.

"Masalah emosional tersebut sulit untuk diketahui jika dibandingkan permasalahan medis lainnya. Terlebih jika masalah emosional terjadi pada anak yang sulit atau belum mampu mengutarakan keinginannya," ujar dr. S.T. Andreas, M.Ked(Ped), Sp.A, dikutip dari laman EMC, Jumat (23/5/2025).

Penyebab Tantrum pada Anak

Tantrum pada anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari dalam diri anak maupun dari lingkungan sekitarnya. Peyebab umum tantrum pada anak biasanya dikarenakan:

  • Keterbatasan Bahasa: Anak-anak, terutama balita, seringkali belum memiliki kemampuan bahasa yang cukup untuk mengungkapkan keinginan, kebutuhan, atau perasaan mereka dengan jelas. Hal ini dapat menyebabkan frustrasi dan akhirnya memicu tantrum.
  • Perkembangan Emosional: Anak-anak masih dalam proses belajar mengelola emosi mereka. Mereka belum memiliki keterampilan yang matang untuk mengatasi rasa marah, sedih, atau kecewa, sehingga emosi tersebut dapat meledak dalam bentuk tantrum.
  • Kebutuhan yang Tidak Terpenuhi: Tantrum dapat menjadi cara anak untuk mengkomunikasikan kebutuhan dasar mereka yang tidak terpenuhi, seperti lapar, haus, lelah, atau merasa tidak nyaman.

"Tantrum sering dialami oleh anak usia 0-5 tahun. Tantrum juga lebih sering terjadi pada anak-anak 'sulit' dengan ciri-ciri memiliki kebiasaan tidur dan buang air besar tidak teratur, sulit makan, takut ketika bertemu orang baru, lambat beradaptasi terhadap perubahan, mudah marah, sulit dialihkan perhatiannya," jelas Andreas yang praktik di RS EMC Pekayon, 

Selain faktor-faktor di atas, tantrum juga dapat dipicu oleh faktor lingkungan, seperti perubahan rutinitas, stres, atau kurangnya perhatian dari orang tua. Anak-anak yang merasa tidak diperhatikan atau tidak didengarkan cenderung lebih sering menunjukkan perilaku tantrum sebagai cara untuk menarik perhatian.

Gejala Tantrum pada Anak Berdasarkan Usia

Gejala tantrum pada anak dapat bervariasi tergantung pada usia dan tingkat perkembangan mereka. Beberapa contoh perilaku yang sering muncul saat anak mengalami tantrum berdasarkan kelompok usia antara lain:

  • Usia di bawah 3 tahun: Menangis, menggigit, memukul, menendang, menjerit, melengkungkan punggung, menjatuhkan badan ke lantai, memukul-mukulkan tangan, menahan napas, membenturkan kepala, atau melempar barang.
  • Usia 3 sampai 4 tahun: Seperti perilaku usia di bawah 3 tahun ditambah dengan mengentak-entakkan kaki, berteriak-teriak, memukul, membanting pintu, mengkritik, atau merengek.
  • Usia 5 tahun ke atas: Seperti perilaku pada dua kategori sebelumnya ditambah adanya perilaku memaki, menyumpah, memukul kakak, adik, atau temannya, mengkritik diri sendiri, memecahkan barang dengan sengaja, atau mengancam orangtua atau orang lain.

Penting untuk diingat bahwa tidak semua anak akan menunjukkan semua gejala di atas saat mengalami tantrum. Beberapa anak mungkin hanya menangis dan merengek, sementara yang lain mungkin menunjukkan perilaku yang lebih agresif seperti memukul atau melempar barang. Orang tua perlu mengamati pola perilaku anak mereka untuk memahami bagaimana tantrum biasanya bermanifestasi pada anak tersebut.

Selain gejala fisik dan perilaku, tantrum juga dapat disertai dengan perubahan emosi yang signifikan. Anak mungkin menjadi sangat marah, sedih, atau frustrasi. Mereka mungkin juga kesulitan untuk ditenangkan atau dialihkan perhatiannya. Dalam beberapa kasus, tantrum dapat berlangsung selama beberapa menit hingga lebih dari satu jam.

Cara Mengatasi Tantrum Anak dengan Efektif

Mengatasi tantrum anak membutuhkan kesabaran, konsistensi, dan pemahaman yang mendalam mengenai penyebab dan gejala tantrum. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat Anda coba untuk mengatasi tantrum anak dengan efektif:

  • Tetap Tenang: Saat anak mulai tantrum, penting bagi Anda untuk tetap tenang dan tidak terpancing emosi. Jika Anda ikut marah atau panik, situasi akan semakin memburuk. Tarik napas dalam-dalam dan ingatkan diri Anda bahwa tantrum adalah fase yang akan berlalu.
  • Abaikan Perilaku Negatif: Jika anak menunjukkan perilaku yang tidak berbahaya seperti menangis atau berteriak, cobalah untuk mengabaikannya. Jangan memberikan perhatian pada perilaku tersebut, karena hal ini dapat memperkuat perilaku tersebut di masa depan.
  • Berikan Perhatian Saat Anak Tenang: Saat anak mulai tenang, berikan perhatian dan pujian atas usahanya untuk mengendalikan emosi. Hal ini akan mendorong anak untuk mengulangi perilaku positif di masa depan.

Selain strategi di atas, penting juga untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan emosional anak. Pastikan anak mendapatkan cukup istirahat, makan makanan yang sehat, dan memiliki waktu bermain yang cukup. Ajarkan anak cara mengungkapkan emosi mereka dengan kata-kata dan berikan contoh yang baik dalam mengelola emosi Anda sendiri.

Menurut dr. Andreas, salah satu cara mengendalikan tantrum anak adalah dengan tetap tenang. "Orangtua tetap tenang, jangan mengubah 'tidak' menjadi 'ya', memindahkan anak, orangtua yang memindahkan diri, tenangkan anak, bicara sesudah episode tantrum, jangan menjelaskan apapun saat anak masih tantrum, jangan mengancam dengan hukuman," jelasnya.

Read Entire Article