Liputan6.com, Gaza - Amerika Serikat (AS) mengonfirmasi bahwa skema baru untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga Palestina di Jalur Gaza melalui perusahaan swasta sedang disiapkan, sementara blokade Israel terus berlangsung selama tiga bulan berturut-turut.
Duta Besar AS untuk Israel Mike Huckabee mengatakan bahwa pusat distribusi yang dilindungi oleh kontraktor keamanan akan menyediakan makanan dan bantuan lainnya kepada lebih dari satu juta orang pada tahap awal, sebagai bagian dari upaya mencegah Hamas mencuri bantuan.
Dia membantah bahwa Israel akan ikut serta dalam pengiriman atau distribusi bantuan, namun mengatakan pasukan Israel akan mengamankan perimeter pusat-pusat distribusi tersebut.
Pernyataan ini muncul bersamaan dengan rincian rencana kontroversial yang kembali mendapat penolakan dari badan-badan PBB.
"Kami tidak akan ikut serta," kata juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Jens Laerke, kepada BBC di Jenewa. "Kami hanya akan terlibat dalam upaya yang sesuai dengan prinsip-prinsip kami."
"Tidak ada alasan untuk menerapkan sistem yang bertentangan dengan DNA organisasi kemanusiaan yang punya prinsip."
Sejak awal Maret, Israel telah memutus semua pasokan ke Jalur Gaza – termasuk makanan, tempat tinggal, obat-obatan, dan bahan bakar – yang menyebabkan krisis kemanusiaan bagi penduduk Palestina di sana.
Menurut OCHA, sepertiga dari dapur umum di Jalur Gaza – salah satu dari sedikit sumber bantuan yang tersisa – terpaksa tutup dalam dua pekan terakhir akibat kekurangan makanan dan bahan bakar.
Di antara yang tutup adalah dua dapur lapangan terakhir milik World Central Kitchen, badan amal asal AS yang sebelumnya menyediakan 133.000 porsi makanan setiap hari sebelum kehabisan bahan makanan pada Selasa lalu.
"Harga bahan pokok juga melonjak tajam di pasar lokal. Tepung 2 5kg kini dijual seharga USD 415 di Kota Gaza – naik 30 kali lipat dibanding akhir Februari," ungkap OCHA.
Huckabee menuturkan kepada wartawan di Yerusalem bahwa Presiden Donald Trump menganggap bantuan untuk Jalur Gaza sebagai hal mendesak dan bahwa timnya ditugaskan untuk melakukan segala yang mungkin untuk mempercepat dan secepat mungkin menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat.
Israel dan AS menuduh Hamas menyalahgunakan bantuan.
"Upaya-upaya sebelumnya sering kali dibarengi dengan Hamas yang mencuri makanan yang seharusnya untuk rakyat yang kelaparan," klaim Huckabee.
PBB dan badan-badan lainnya menegaskan mereka memiliki mekanisme pengawasan yang kuat dan ketika bantuan berhasil masuk ke Jalur Gaza dalam jumlah besar, insiden penjarahan sangat minim. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan tak satu pun dari pasokan medis mereka yang dijarah selama perang.
Pemerintahan Trump sedang berupaya membangun dukungan bagi inisiatif bantuan baru ini menjelang kunjungan presiden minggu depan ke negara-negara Teluk Arab kaya yang berpotensi mendanainya.
Disebutkan bahwa sebuah organisasi non-pemerintah telah dibentuk dan distribusi bantuan tidak akan berada di bawah kendali militer Israel.
"Israel hanya akan terlibat dalam penyediaan keamanan yang diperlukan karena ini adalah zona perang. Namun, mereka tidak akan terlibat dalam distribusi makanan, bahkan tidak dalam proses membawa makanan ke Gaza," ujar Huckabee.
Organisasi yang baru dibentuk dengan nama Gaza Humanitarian Foundation (GHF) diyakini dirancang untuk tujuan ini.