Liputan6.com, London - Untuk pertama kalinya dalam sejarah, masyarakat umum diizinkan masuk ke Istana Buckingham pada musim panas 29 April 1993 dengan harga tiket sebesar £8 sekitar Rp179 ribu untuk dewasa.
Meski dibuka untuk publik, sebagian besar area istana tetap tertutup, termasuk apartemen pribadi Ratu. Ratu Elizabeth II sendiri tidak berada di tempat karena selama Agustus dan September ia menetap di Balmoral, Skotlandia.
Dalam laporan berita yang dikutip dari BBC On This Day, Selasa (29/4/2025), menteri Warisan Nasional saat itu, Peter Brooke, mengatakan, pembukaan istana ini diharapkan dapat menyumbang sekitar 70 persen dari total biaya restorasi Kastil Windsor yang mencapai £40 juta sekitar Rp880 miliar, setelah mengalami kebakaran besar pada November 1992.
Namun, rencana tersebut menuai kritik dari juru bicara Partai Buruh, Ann Clwyd, yang menyebutnya sebagai langkah mundur dari Brooke. Sebelumnya, pemerintah menyatakan akan menanggung biaya pemulihan kastel tersebut.
Publik saat itu juga banyak menolak penggunaan dana pajak untuk membiayai restorasi. Sementara itu, upaya penggalangan dana publik yang diluncurkan usai kebakaran hanya berhasil mengumpulkan £25.000 sekitar Rp550 juta.
Pihak Kerajaan memperkirakan sekitar 400.000 orang akan mengunjungi Istana Buckingham --yang Sebagian besar bangunan dirancang oleh arsitek John Nash untuk Raja George IV-- selama delapan minggu masa pembukaan.
Untuk pertama kalinya, publik dapat menyaksikan langsung "State apartments" di Buckingham Palace --mengacu pada area publik di istana yang digunakan untuk upacara dan kegiatan resmi-- yang menyimpan koleksi lukisan, furnitur, dan porselen bernilai tinggi.
Meski rute kunjungan belum ditentukan kala itu, pengunjung diperkirakan akan diajak menyusuri ruangan utama seperti ruang singgasana, ruang makan kenegaraan, serta galeri lukisan sepanjang 47 meter.
Mereka juga akan dapat melihat ke balkon ikonik tempat para bangsawan yang baru menikah biasanya berciuman.
Isu Keamanan dan Kemacetan
Harga tiket yang relatif tinggi sempat dikritik karena dianggap lebih mahal dibandingkan kebanyakan objek wisata di London. Namun, pihak Istana menilai tarif tersebut wajar karena pengunjung disuguhi kekayaan koleksi Kerajaan Inggris.
Kekhawatiran lain juga muncul terkait potensi risiko keamanan dan lonjakan lalu lintas di kawasan Mall, tepat di depan istana.
Program pembukaan istana direncanakan berlangsung selama lima musim panas dan akan dievaluasi kembali setelahnya.
Antusiasme publik sangat tinggi. Dalam waktu kurang dari sepekan, seluruh slot pemesanan rombongan untuk tiga tahun ke depan sudah penuh.
Pada tahun pertama, tercatat sekitar 380.000 orang mengunjungi Istana Buckingham. Jumlah ini melonjak menjadi lebih dari 400.000 dalam dua tahun berikutnya, sebelum stabil di angka sekitar 300.000 pengunjung per tahun.
Meski awalnya hanya dibuka hingga 1997, Istana Buckingham tetap menyambut pengunjung bahkan setelah restorasi Kastel Windsor selesai. Hingga kini, tempat ini masih menjadi salah satu destinasi wisata terpopuler di London.
Adapun untuk mengelola kunjungan ke Istana Buckingham, Kastel Windsor, dan Holyrood House di Edinburgh, dibentuk lembaga khusus bernama Royal Collection Trust.
Pada tahun anggaran 2001–2002, pendapatan lembaga ini mencapai £16,7 juta sekitar Rp367 miliar.
Meski begitu, sejumlah ulasan wisatawan mengkritik pengalaman tur di Istana Buckingham yang dianggap membosankan dan minim informasi. Untuk menjawab kritik tersebut, Trust membuka akses tambahan ke ruang dansa istana dan sebagian area taman.
Royal Collection Trust juga menginvestasikan dana sebesar £20 juta sekitar Rp440 miliar untuk pembangunan Queen's Gallery (Galeri Ratu) yang akhirnya dibuka pada 2001.
Pada Agustus 2003, Pangeran Charles (yang kelak menjadi Raja Charles III) juga mengizinkan wisatawan untuk melihat kediaman barunya di London, Clarence House yang sebelumnya dihuni oleh Ibu Suri untuk dikunjungi wisatawan.