17 Juni 1631: Mumtaz Mahal Meninggal, Duka di Balik Monumen Cinta Taj Mahal India

2 weeks ago 23

Liputan6.com, New Delhi - Hari ini 394 tahun yang lalu cikal bakal pembangunan sebuah monumen yang kemudian dikenal dengan nama Taj Mahal terungkap.

Mumtaz Mahal, istri tercinta seorang kaisar, meninggal pada 17 Juni 1631. Ia meninggalkan suaminya yang diliputi kesedihan. Sedemikian sedihnya sehingga ia menghabiskan 22 tahun membangun monumen yang luar biasa di tanah pemakamannya – Taj Mahal yang megah.

Sang kaisar itu adalah Shah Jahan, yang lahir pada tahun 1592 di Lahore -- saat itu merupakan ibu kota Kekaisaran Mughal, sebagai Pangeran Shihab-ud-din Muhammad Khurram. Ia adalah putra Jehangir, kaisar Mughal keempat di India dan cucu Akbar the Great (Akbar yang Agung). Nama Khurram, yang berarti joyful (gembira), diberikan kepada sang pangeran oleh Akbar.

Ia tak hanya menjadi seorang pemimpin militer yang mengesankan, tetapi juga seorang arsitek terkenal. Di antara sekian banyak gelar yang diterimanya, ada satu yang sepertinya paling tepat saat ini: The Builder of the Marvels (Pembangun Keajaiban).

Kehidupan Shah Jahan berubah selamanya pada tahun 1607 ketika ia baru berusia 14 tahun. Kala itu Bazar Meena tahunan diadakan di kota kekaisaran Agra, para wanita istana termasuk putri-putri Mughal, akan mengadakan pasar tiruan dan mendirikan kios-kios untuk menjual barang dagangan.

Para pangeran Mughal dan bangsawan serta bangsawan lainnya akan terlibat dalam olok-olok main-main dengan para pedagang kios dan mungkin membeli beberapa barang.

Menurut legenda, Shah Jahan yang berusia 14 tahun sedang berjalan-jalan di pasar ketika ia melihat seorang gadis yang menjual sutra dan manik-manik kaca. Itu adalah cinta pada pandangan pertama dan sang pangeran segera menemui sang ayah lalu menyatakan ingin menikahi gadis itu.

Selanjutnya, tentang Mumtaz Mahal.

Kisah Cinta Sang Kaisar hingga Patah Hati Ditinggal Mati

Gadis itu adalah Arjumand Banu Begum, seorang putri Persia Muslim yang baru berusia 15 tahun.

Pasangan itu, Shah Jahan dan Arjumand Banu Begum, memulai hubungan yang intens dan menikah lima tahun kemudian – tanggal yang dipilih oleh para astrolog istana.

Ayah Shah Jahan meninggal pada tahun 1628 dan putranya kemudian menjadi kaisar. Segera, penguasa baru itu menganugerahkan kepada istrinya gelar Mumtaz Mahal, yang secara kasar berarti "Jewel of the Palace (Permata Istana)".

Meskipun Shah Jahan memiliki istri-istri lain, hubungannya dengan mereka, menurut penulis sejarah resmi istana Qazwini, "tidak lebih dari sekadar status pernikahan. Keintiman, kasih sayang yang mendalam, perhatian, dan kebaikan yang dimiliki Yang Mulia untuk Mumtaz melebihi seribu kali lipat dari apa yang dirasakannya untuk orang lain".

Dia memang pendamping yang tak terpisahkan dan bahkan ikut bersamanya dalam kampanye militer.

Tragisnya, pada tahun 1631, komplikasi terjadi saat Mumtaz Mahal melahirkan anak ke-14 mereka, dan dia meninggal. Dia berusia 38 tahun.

Berkabung Dua Tahun

Shah Jahan begitu diliputi kesedihan sehingga dia memerintahkan istana untuk berkabung selama dua tahun. Kemudian dia memulai tugas mendirikan monumen terindah di dunia untuk mengenang sang kekasih.

Pembangunan Taj Mahal di atas lokasi pemakaman Mumtaz Mahal di Agra memakan waktu 22 tahun, dengan menggunakan tenaga kerja sekitar 20.000 orang dan menghabiskan sebagian besar perbendaharaan kerajaan Shah Jahan. Saat itu, tagihannya diperkirakan mencapai sekitar 32 juta rupee, yang setara sekitar Rp14,9 triliun.

Berbagai jenis marmer digunakan dan dibawa ke lokasi tersebut dari berbagai daerah dan negara, termasuk Rajasthan, Punjab, Tiongkok, Tibet, Afghanistan, Sri Lanka, dan Arab. Lebih dari 1.000 gajah didatangkan untuk mengangkut marmer tersebut.

Sebanyak 28 jenis batu semi mulia dan berharga digunakan untuk menghiasi Taj Mahal dengan tatahan yang sangat indah. Warna monumen tersebut tampak berubah pada waktu yang berbeda dalam sehari.

Menjelma jadi Situs Warisan Dunia UNESCO

Taj Mahal kemudian menjelma menjadi situs Warisan Dunia UNESCO, bahkan termasuk dalam Seven Wonders of the World (Tujuh Keajaiban Dunia), yang menarik hingga empat juta pengunjung setiap tahunnya.

Penyair Inggris Edwin Arnold menggambarkannya sebagai "bukan sekadar karya arsitektur, seperti bangunan lainnya, tetapi sebagai gairah cinta seorang kaisar yang ditempa dalam batu-batu hidup."

Ketika Shah Jahan meninggal pada tahun 1666, dalam usia 74 tahun, jasadnya ditempatkan di sebuah makam di sebelah makam Mumtaz Mahal di dalam monumen tersebut.

Selain Taj Mahal, bangunan-bangunan mulia lainnya yang dikaitkan dengan namanya termasuk Red Fort of Delhi (Benteng Merah Delhi), Jama Masjid of Delhi (Masjid Jama Delhi, Section of Agra Fort (Bagian Benteng Agra), Jama Masjid of Delhi (Masjid Wazir Khan), dan Moti Masjid (Masjid Moti) di Lahore, Pakistan.

Taj Mahal menjadi berita utama internasional pada tahun 1992 ketika dikunjungi oleh Diana, Putri Wales. Ia dan suaminya, Pangeran Charles, sedang dalam perjalanan resmi ke India dan diharapkan bahwa pasangan kerajaan itu akan mengunjungi monumen yang indah itu bersama-sama. Namun di tengah rumor yang beredar tentang keadaan pernikahan mereka, Diana muncul sendirian. Charles dikatakan sedang "menghadiri pertemuan bisnis".

Dengan 30 hingga 40 fotografer berkumpul, Diana duduk di sebuah bangku (sekarang dikenal sebagai Kursi Lady Di) sementara fotonya diambil di depan Taj Mahal. Ironi ini tidak luput dari perhatian siapa pun saat gambar seorang putri, sendirian di monumen cinta yang megah, tersebar ke seluruh dunia.

Kemudian pada tahun itu Diana dan Charles resmi berpisah.

Read Entire Article