Liputan6.com, Jakarta Jelang Hari Stroke Sedunia yang jatuh pada 29 Oktober 2024, dokter spesialis saraf Dodik Tugasworo mengatakan bahwa penyakit ini bisa memicu pandangan buram hingga disabilitas netra.
“Mengenai kebutaan, stroke itu gejala klinisnya tergantung di mana dia kenanya. Apakah di daerah mata, daerah bicara, tangan kaki, itu otak kita sudah dipeta-petakan. Jadi kalau terkena di pembuluh darah mata, maka mata akan bisa buta atau buram,” kata Dodik menjawab pertanyaan Disabilitas Liputan6.com dalam webinar bersama Kementerian Kesehatan, Jumat (25/10/2024).
Dodik menambahkan, disabilitas yang dipicu stroke tak hanya bisa dialami orang lanjut usia (lansia) tapi juga usia muda.
“Ya bisa, jadi disabilitas itu bisa dialami oleh siapa saja dan disabilitas itu tergantung di mana lokasi stroke terjadi, tapi itu bisa kita atasi asal kita makin cepat datang ke rumah sakit. Semakin cepat kita ke rumah sakit inshaAllah disabilitas itu bisa kita kurangi bahkan bisa tidak terjadi,” ujar Dodik.
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (Perdosni) itu menggaris bawahi, pencegahan stroke termasuk stroke kedua menjadi sangat penting agar terhindar dari disabilitas.
“Jangan sampai stroke kedua, pencegahan secondary stroke itu penting. Kalau kita sampai kedua, untuk kembali lagi dari disabilitas itu agak sulit.”
Viral di media sosial, video yang menunjukkan cara terapi mengatasi kram, kesemutan, hingga strok dengan cara memukul-mukulkan sendok ke beberapa titik di tangan dan lengan. Bagaimana kebenaran klaim video ini?
Cegah Stroke Berulang agar Tak Berujung Disabilitas
Dari penjelasan di atas Dodik mengingatkan, jika sudah sembuh dari stroke pertama maka jangan merasa bebas hingga melupakan pencegahan stroke selanjutnya. Pasalnya, penyakit stroke bisa menyerang berulang jika tidak dicegah dengan baik.
Tak hanya datang untuk kedua kalinya, stroke bahkan bisa datang untuk ketiga hingga keempat kali pada pasien yang sama.
“Jadi jika sudah kena serangan stroke pertama, jaga kondisi benar-benar jangan sampai kena kedua kali, apalagi ketiga, keempat. Makin banyak kena serangan, makin sulit untuk disabilitas itu kembali (pulih),” papar Dodik.
Stroke dan Disabilitas Mental
Selain disabilitas fisik, stroke juga memiliki kaitan dengan disabilitas mental.
“Kadang-kadang, orang stroke itu ada gangguan kepribadian dan gangguan pola hidup. Orang pendiam tiba-tiba ketika dia stroke bisa jadi pemarah, tiba-tiba lempar gelas dan lain sebagainya.”
Sebaliknya, orang pemarah, ketika terkena stroke bisa saja menjadi pendiam, lanjut Dodik.
“Nah ini keluarga harus tahu, karena kalau keluarga enggak tahu, nanti bisa bertengkar terus dengan orang stroke. Jadi ini berbahaya, nanti orang strokenya jadi depresi, jadi stres, akhirnya stroke lagi, secondary stroke.”
Stroke Picu Perubahan Pola Hidup
Lebih lanjut Dodik mengatakan bahwa pasien stroke bisa mengalami perubahan pola hidup.
“Kadang-kadang juga ada perubahan pola hidup. Pagi-pagi bangun jam 3, siang tidur. Karena kadang-kadang stroke juga terkait dengan demensia.”
Berbagai hal yang ditimbulkan penyakit stroke memang disebut Dodik sebagai pemicu problematika besar dalam keluarga.
“Jadi, hati-hati, memang stroke ini membuat problematika keluarga sangat besar. Tidak hanya dari sisi ekonomi karena pembiayaan tapi juga dari sisi psikologis dan dari sisi fisik karena harus melatih dan sebagainya.”
Merawat orang stroke perlu kesabaran besar, tak jarang orang stroke memiliki kesadaran soal minum dan makan yang menurun.
“Bahkan malah mungkin mereka tidak tahu apa mereka sudah minum atau sudah makan,” pungkas Dodik.