Liputan6.com, Jakarta Siswa penyandang disabilitas Bintara Polri asal Polda Kalimantan Timur, Warhana Nandyu berbagi kisah tentang awal mula ia mendaftar sebagai anggota Kepolisian Republik Indonesia.
Baginya, ini adalah hal yang tak disangka-sangka. Pasalnya, informasi soal pendaftaran nyaris terlewatkan olehnya.
Penyandang disabilitas fisik pada tangan kanan ini adalah anggota grup Whatsapp komunitas penyandang disabilitas. Ia mengaku jarang melihat grup sampai suatu hari ia membuka grup tersebut dan mendapatkan informasi yang membuka jalan mewujudkan cita-citanya.
“Grup itu nyaris nggak pernah saya buka. Tapi tahun lalu tiba-tiba aja saya iseng buka dan baca. Ternyata ada informasi tentang penerimaan siswa Bintara Polri jalur rekpro untuk penyandang disabilitas dengan kompetensi tertentu. Langsung saya urus semua dokumen yang dibutuhkan untuk pendaftaran,” kenang Warhana mengutip laman berita resmi Polri Tribrata News, Senin (23/9/2024).
Menjadi seorang polisi adalah cita-citanya sejak kecil. Ia juga ingin meneruskan cita-cita sang ayah yang pernah mendaftar menjadi polisi tapi gagal saat mengikuti seleksi. Dukungan untuk menjadi polisi juga datang dari orangtua dan kakek neneknya.
Namun, Ia sempat mengira kesempatan mendaftar polisi sudah tertutup menyadari keterbatasan fisiknya.
“Alhamdulillah tahun ini bapak Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo memberikan kesempatan kepada kami penyandang disabilitas bisa mendaftar dan mengikuti pendidikan seperti orang dengan kondisi fisik normal lainnya. Saya sangat senang sekali,” ungkap Warhana Nandyu.
Para difabel tampilkan berbagai seni budaya, seperti marching band, busana adat, punakawan egrang dan kreasi sepeda motor difabel.
Punya Kemampuan Kembangkan Piranti Lunak
Memiliki tangan kanan yang tidak sempurna tidak serta-merta mengganggu kemampuan lain yang dimiliki Warhana.
Bahkan, di bidang tertentu ia lebih unggul ketimbang non disabilitas. Misalnya, dia memiliki kemampuan dalam merancang piranti lunak dan web programming yang ia dapat dan pelajari sejak duduk di bangku SMK. Kemampuan ini adalah salah satu modal kuat Warhana lolos menjadi siswa Bintara Polisi.
“Waktu COVID-19 saya berdua dengan teman saya merancang aplikasi yang bisa mengetahui pergerakan orang terdampak COVID-19. Aplikasi ini sangat berguna untuk mengurangi potensi penyebaran virus Corona,” imbuh Warhana.
Jalani Pendidikan Kepolisian Layaknya Siswa Lain
Disabilitas yang disandang juga tidak membuat Warhana dibedakan dengan siswa lain. Kini, ia bersama dengan 295 siswa Bintara Polri asal Polda Kaltim menjalani Pendidikan di SPN Polda Metro Jaya bersama teman-teman barunya dari Jabodetabek.
“Saya menjalani pendidikan sama seperti dengan teman-teman lain. Pola pendidikan dan pembinaan di SPN telah mendukung penyandang disabilitas seperti saya agar bisa menyerap semua materi yang diberikan.”
“Saya merasa sama seperti mereka. Saya sangat bangga bisa berlatih dan belajar dengan teman-teman di sini. Saya berharap bisa menjadi Polisi yang profesional dan bisa menyumbangkan skill saya untuk institusi Polri,” harap Warhana.
Apresiasi dari KND RI
Melihat geliat nilai inklusi di lingkungan Polri, Komisioner Komisi Nasional Disabilitas (KND) Eka Prastama memberi sambutan gembira.
Menurutnya, peluang yang diberikan pada pendaftar disabilitas memberi kepercayaan diri kepada mereka yang memiliki keterbatasan untuk bisa bekerja di institusi Polri. Ia berharap sosialisasi terus digencarkan agar semakin menjangkau masyarakat lebih luas.
“Ini satu komitmen lembaga memberikan kesempatan bagi penyandang disabilitas bekerja di institusi Polri. Yang kedua juga ini bagus untuk melawan stigma diskriminasi bahwa yang selama ini kayaknya susah ini kerja di Polri ternyata terbuka. Ini salah satu hal yang sangat kami apresiasi ya,” ujar Eka.
Lebih lanjut Eka berharap Polri terus menyosialisasikan rekrutmen untuk penyandang disabilitas agar bisa lebih menjangkau anak-anak muda penyandang disabilitas yang memiliki kemampuan dan kualitas.