Pakistan Lakukan Uji Coba Rudal Kedua di Tengah Memanasnya Hubungan dengan India

2 days ago 16

Liputan6.com, Islamabad - Militer Pakistan pada Senin (5/5/2025) mengatakan bahwa mereka telah melakukan uji coba rudal kedua sejak ketegangan baru dengan India di wilayah sengketa Kashmir.

India menuduh Pakistan mendukung pembantaian yang menewaskan 26 turis di wilayah Kashmir yang dikuasai India bulan lalu, yang memicu eskalasi, termasuk saling balas tindakan diplomatik.

Militer Pakistan mengaku pihaknya menguji rudal permukaan-ke-permukaan dengan jangkauan 120 km.

"Peluncuran ini bertujuan untuk memastikan kesiapan operasional pasukan dan memvalidasi parameter teknis utama, termasuk sistem navigasi canggih rudal dan akurasi yang telah ditingkatkan," kata militer Pakistan seperti dilansir CNA.

Pada Sabtu (3/5), militer Pakistan mengatakan mereka telah menguji rudal permukaan-ke-permukaan dengan jangkauan 450 km.

Mereka tidak menyebutkan lokasi uji coba tersebut.

Perdana Menteri (PM) Pakistan Shehbaz Sharif, yang membatalkan kunjungan resmi ke Malaysia yang dijadwalkan pada Jumat (2/5), mengatakan dia puas dengan kesiapan penuh militer dalam membela negara.

"Keberhasilan peluncuran latihan ini dengan jelas menunjukkan bahwa pertahanan Pakistan berada di tangan yang kuat," kata dia.

Uji coba rudal dilakukan saat Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi berada di Islamabad pada Senin untuk melakukan pembicaraan dengan sebelum bertolak ke New Delhi akhir pekan ini.

Araghchi akan menjadi diplomat senior asing pertama yang mengunjungi kedua negara, setelah Iran menawarkan diri untuk menjadi penengah antara dua negara bersenjata nuklir tersebut.

"Kami tidak menginginkan ketegangan berkembang di kawasan ini dan kami akan melakukan segala upaya untuk membantu meredakan situasi antara kedua negara," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmaeil Baqaei.

Araghchi sendiri mengatakan bahwa dia berada di kawasan ini untuk meninjau perkembangan terbaru, sementara Sharif menegaskan kembali tekad Pakistan untuk bekerja sama erat dengan Iran.

Seruan Meredakan Eskalasi

Kashmir, wilayah mayoritas muslim yang berpenduduk sekitar 15 juta jiwa, terbagi antara Pakistan dan India namun diklaim sepenuhnya oleh kedua negara.

Pakistan membantah keterlibatan apapun dalam tragedi pembantaian turis dan menyerukan penyelidikan independen.

Perdana Menteri India Narendra Modi, yang memimpin pemerintahan nasionalis Hindu garis keras, mengatakan pekan lalu bahwa dia telah memberikan kebebasan operasional penuh kepada militernya untuk merespons tragedi 22 April dan Islamabad telah memperingatkan akan membalas dengan kekuatan atas setiap tindakan agresi.

Tekanan internasional meningkat terhadap baik New Delhi maupun Islamabad — yang telah beberapa kali berperang karena wilayah Kashmir — untuk meredakan situasi.

Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) JD Vance menyerukan agar India merespons serangan tersebut dengan cara yang tidak memicu konflik regional yang lebih luas.

Dalam wawancara dengan Fox News, dia juga mendesak Pakistan untuk memastikan bahwa para teroris yang kadang beroperasi di wilayah mereka diburu dan ditindak tegas.

Rusia turut menyerukan de-eskalasi antara kedua negara. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan pada Senin bahwa pihaknya mengikuti dengan sangat prihatin suasana yang berkembang di perbatasan.

Menurut sumber pertahanan India, kedua belah pihak telah saling baku tembak setiap malam selama lebih dari seminggu di sepanjang Garis Kontrol militer, yang menjadi perbatasan de facto.

Di Kashmir yang dikuasai India, pencarian besar-besaran terhadap para penyerang masih berlangsung, sementara warga yang tinggal di sepanjang perbatasan mulai menjauh – atau membersihkan tempat perlindungan bawah tanah karena khawatir terjadi konflik.

Di wilayah Pakistan, latihan darurat telah dilakukan di lapangan-lapangan, warga telah diimbau untuk menyetok persediaan makanan dan obat-obatan, serta sekolah-sekolah agama telah ditutup.

Read Entire Article
Opini Umum | Inspirasi Hidup | Global |