Korea Selatan Berambisi Masuk Tiga Besar Kekuatan AI Dunia, Genjot Anggaran Lebih dari Tiga Kali Lipat

Liputan6.com, Seoul - Dalam pidato tahunannya di parlemen pada Selasa (4/11/2025), Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung menyatakan bahwa pemerintah akan meningkatkan anggaran untuk kecerdasan buatan (AI) hingga lebih dari tiga kali lipat dan melakukan kenaikan terbesar dalam anggaran pertahanan selama enam tahun terakhir. 

Lee menyebutkan bahwa 10,1 triliun won atau sekitar USD 7 miliar akan dialokasikan untuk transformasi besar yang bertujuan mendorong Korea Selatan masuk ke jajaran tiga kekuatan AI teratas dunia, berdampingan dengan Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.

"Kami akan secara signifikan memperluas investasi untuk menyambut datangnya 'era AI'," kata Lee seperti dikutip dari CNA, seraya menambahkan bahwa jumlah tersebut lebih dari tiga kali lipat anggaran terkait AI tahun ini.

Usulan anggaran itu disampaikan dalam pidato Lee yang menguraikan rencana pengeluaran pemerintah tahun 2026. 

Lee kini membutuhkan persetujuan parlemen untuk mengesahkan usulannya, namun kemungkinan besar akan disetujui karena partainya memegang mayoritas kursi.

Lee menjelaskan bahwa dari anggaran AI tahun depan, sebesar 2,6 triliun won akan diinvestasikan untuk penerapan AI di sektor industri, kehidupan sehari-hari, dan sektor publik, sementara 7,5 triliun won akan digunakan untuk pengembangan talenta dan pembangunan infrastruktur.

Korea Selatan merupakan rumah bagi dua produsen chip memori terbesar di dunia, yaitu Samsung Electronics dan SK hynix.

Kedua raksasa teknologi ini memproduksi chip yang penting bagi produk AI dan pusat data berdaya besar yang menjadi tulang punggung industri yang berkembang pesat tersebut.

Pekan lalu, CEO perusahaan chip asal AS Nvidia, Jensen Huang, mengumumkan rencana untuk memasok 260.000 chip tercanggih perusahaannya ke Korea Selatan, dengan penerima termasuk Samsung, SK Group, dan Hyundai Motor Group.

Menanggapi upaya Lee menjadikan Korea Selatan salah satu dari tiga kekuatan AI teratas dunia, Huang menyebutnya sebagai sesuatu yang "ambisius".

Namun, ia menambahkan, "Tidak ada alasan Korea tidak bisa mencapainya — Anda memiliki teknologi, keahlian perangkat lunak, dan juga kemampuan alami untuk membangun fasilitas manufaktur."

Dalam hal anggaran pertahanan, Lee mengatakan pemerintahnya menginginkan kenaikan 8,2 persen dibanding tahun ini, menjadi 66,3 triliun won.

Jika disetujui, itu akan menjadi kenaikan pengeluaran pertahanan terbesar sejak tahun 2019.

"Kami akan memperbarui sistem persenjataan konvensional menjadi sistem mutakhir yang sesuai untuk era AI dan dengan cepat mengubah militer kami menjadi kekuatan elite yang cerdas," beber Lee.

Aliansi dan Hubungan dengan Korea Utara

AS, sekutu militer utama Korea Selatan, menempatkan sekitar 28.500 pasukan di negara itu untuk membantu menghadapi ancaman militer dari Korea Utara.

Sejak menjabat pada bulan Juni, Lee berjanji akan "menghormati" sistem politik Korea Utara dan mengejar dialog tanpa prasyarat, yang merupakan perubahan tajam dari kebijakan pendahulunya yang bersikap keras.

Lee menggarisbawahi pula pada Selasa bahwa Korea Selatan sudah menghabiskan "1,4 kali lebih banyak dari PDB tahunan Korea Utara" hanya untuk pertahanan dan "berada di peringkat kelima dalam kekuatan militer global".

Secara teknis, Korea Selatan dan Korea Utara masih berada dalam kondisi perang. Pasalnya, Perang Korea 1950–1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.