Kartu Ka Gi Ni, Inovasi Edukasi Kesehatan Gigi untuk Anak Tuli

2 months ago 63

Liputan6.com, Jakarta Setiap anak berhak mendapatkan edukasi terkait kesehatan gigi dan mulut, termasuk anak dengan kebutuhan khusus seperti Tuli.

Guna menjawab tantangan edukasi kesehatan bagi anak-anak Tuli, dokter gigi Amandita Parameswari meluncurkan inovasi edukasi berbasis penelitian berupa Kartu Edukasi Kesehatan Gigi Warna Warni, yang dikenal sebagai Kartu Ka Gi Ni.

“Kartu ini menjadi mediator pembelajaran yang efektif karena para siswa tunarungu bisa mengenali berbagai cara perawatan gigi-mulut dan upaya pencegahannya. Kartu ini merupakan hasil penelitian tesis saya sebagai metode inovatif dalam melakukan edukasi kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak tunarungu,” kata Amandita mengutip laman resmi Universitas Indonesia (UI).

Dosen Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UI itu menambahkan, inovasi ini diimplementasikan melalui program pengabdian masyarakat (pengmas) yang digelar oleh Departemen Ilmu Penyakit Mulut (IPM) dan Departemen Ilmu Kesehatan Kedokteran Gigi Masyarakat dan Pencegahan (IKGMP) FKG UI.

Program tersebut dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) Tunarungu Santi Rama, Cilandak, Jakarta Selatan, pada Kamis 28 Agustus 2024, dan diikuti oleh 28 siswa Tuli.

Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktik kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak Tuli.

Ubin disabilitas adalah bagian penting dari trotoar untuk kaum disabilitas. Makanya, jangan parkir atau berjualan di atas ubin ini ya!

Diperkuat Pendekatan Visual dengan Bahasa Isyarat

Amandita menambahkan, inovasi Kartu Ka Gi Ni diperkuat dengan pendekatan visual, seperti penggunaan gambar dan video yang disertai dengan bahasa isyarat.

Video edukatif yang ditampilkan meliputi tiga topik utama. Pertama, video “Mari Belajar SAMURI (Periksa Mulut Sendiri)” yang mengajarkan cara sederhana bagi anak-anak melakukan pemeriksaan mulut secara rutin.

Kedua, video “Mengenal Penyakit Mulut Sederhana” yang mengenalkan siswa pada penyakit seperti sariawan dan penyakit gusi berdarah.

Ketiga, video “Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut” yang menjelaskan anatomi rongga mulut, perbedaan gigi susu dan gigi permanen, serta cara merawat gigi dan mulut secara efektif.

Edukasi Perlu Dilakukan Secara Kontinyu

Ketua Tim Pengmas FKG UI, drg. Masita Mandasari menekankan pentingnya kontinuitas program ini.

“Kegiatan pengmas idealnya dilaksanakan secara berkesinambungan di Sekolah Luar Biasa (SLB) Santi Rama, sehingga memberikan manfaat yang lebih signifikan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman serta aplikasinya mengenai kesehatan gigi dan mulut,” ujarnya.

Selain edukasi melalui video dan Kartu Ka Gi Ni, tim pengmas FKG UI juga melaksanakan sesi praktik pemeriksaan mulut secara mandiri atau SAMURI, yang dilakukan secara berkelompok. Setiap kelompok didampingi oleh staf pengajar dan mahasiswa Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis (PPDGS) untuk membimbing para siswa dalam melakukan pemeriksaan mulut sederhana.

“Dengan diadakannya kegiatan pengmas ini, maka siswa tunarungu dapat semakin memahami pentingnya menjaga kesehatan rongga mulut, dapat melakukan pemeriksaan mulut sederhana yang dapat dilakukan sendiri di rumah, serta mengenali tanda penyakit mulut sejak dini,” ujar Masita.

Memajukan Pendidikan Kesehatan Inklusif dan Adaptif

Lebih lanjut, Masita mengatakan bahwa kegiatan ini menjadi bagian dari upaya berkelanjutan FKG UI dalam memajukan pendidikan kesehatan yang inklusif dan adaptif.

“Kolaborasi antara FKG UI dan sekolah luar biasa, seperti Santi Rama, menunjukkan komitmen dalam menciptakan program-program yang dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama kelompok dengan keterbatasan pendengaran,” pungkasnya.

Read Entire Article
Opini Umum | Inspirasi Hidup | Global |