Hari Malaria Sedunia 25 April, Ingatkan Potensi Disabilitas Jika Tak Segera Ditangani

21 hours ago 8

Liputan6.com, Jakarta Tanggal 25 April diperingati sebagai Hari Malaria Sedunia. Malaria merupakan salah satu penyakit yang jika tak ditangani dapat memicu kondisi disabilitas.

Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Ina Agustina Isturini, menjelaskan, malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah manusia.

Penyakit ini ditularkan oleh nyamuk malaria yakni Anopheles yang mulai menularkan pukul 6 sore hingga 6 pagi. Malaria bisa ditandai dengan sakit kepala, nyeri otot, dan demam, tapi ada pula kasus yang tak bergejala.

Mengingat malaria menyerang sel darah, maka dampaknya bisa memengaruhi berbagai organ tubuh termasuk otak. Jika otak bermasalah, maka kondisi disabilitas pun dapat terjadi.

“Malaria masuk ke pembuluh darah dan pengaruhi otak, apa bisa picu kondisi disabilitas? Ya, meskipun jarang, tapi bisa,” kata Ina kepada Disabilitas Liputan6.com dalam webinar pada Jumat (25/4/2025).

“Ketika malaria berat, tentu dia akan berpengaruh ke organ-organ, entah itu otak, bisa juga liver, ginjal itu semua bisa,” tambahnya.

Maka dari itu, guna mencegah malaria menjadi berat maka penanganan segera harus dilakukan. Misalnya dengan obat antimalaria.

“Kalau berat dan tidak ditangani dengan baik tentu bisa mengganggu organ-organ dan bisa muncul penurunan fungsi-fungsi tubuh,” ujarnya.

Inggris menciptakan teknologi baru untuk mengatasi penyakit malaria yang merenggut nyawa sekitar 400 ribu jiwa setiap tahunnya. Mereka menggunakan drone yang dikendalikan oleh satelit yang dapat mendeteksi nyamuk berkembang biak.

Mengenal Karakteristik Nyamuk Anopheles

Ina juga menjelaskan, nyamuk Anopheles memiliki karakteristik tersendiri. Nyamuk ini senang berada di air yang berhubungan langsung dengan tanah, tenang, terkena cahaya, dan tidak tercemar.

“Seperti sawah, sumur, kubangan, rawa, tambak terbengkalai, genangan air, laguna, sungai, bekas tambang, cekungan pinggir laut dan danau, itu adalah tempat-tempat yang disenangi oleh nyamuk Anopheles,” jelasnya.

Meski memiliki beberapa kemiripan dengan vektor demam berdarah dengue (DBD) yakni Aedes aegypti tapi pemberantasan Anopheles tidak sepenuhnya sama. Misalnya, nyamuk malaria tidak bisa dilawan dengan teknologi Wolbachia.

Wolbachia Bukan untuk Penanganan Malaria

Wolbachia adalah bakteri yang dimasukkan ke dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ber-Wolbachia disebarkan di tengah masyarakat agar lebih banyak nyamuk lain yang tertular bakteri Wolbachia.

Bakteri ini berperan dalam memblok replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk. Dengan begitu, nyamuk yang mengandung Wolbachia, tidak mampu lagi untuk menularkan virus dengue saat mengisap darah manusia.

Nihilnya pengaruh Wolbachia untuk penanganan malaria dijelaskan oleh Ina.

“Nyamuk malaria beda dengan nyamuk DBD, apakah teknologi Wolbachia bisa menurunkan malaria? Tidak. Wolbachia ini memang untuk dengue, untuk DBD, jadi tidak untuk malaria, si virusnya juga berbeda,” kata Ina.

Cegah Perkembangbiakan Anopheles

Sementara, untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk malaria maka upaya yang dapat dilakukan yakni:

  • Bersihkan lingkungan agar tidak menjadi sarang nyamuk.
  • Lancarkan saluran air.
  • Keringkan air yang tergenang.
  • Kurangi populasi nyamuk dengan ikan pemakan jentik dan menebarkan larvasida.
  • Menanam tanaman pengusir nyamuk.
  • Memakai kelambu.
  • Memakai lotion anti nyamuk.
  • Pakai pakaian yang menutup badan ketika keluar di malam hari.

Ina pun menyampaikan alasan pentingnya peringatan Hari Malaria Sedunia.

“Hari ini kita memperingati Hari Malaria Sedunia, kenapa? Karena kita ingin meningkatkan komitmen pemerintah daerah dan semua pemangku kepentingan untuk memperkuat dukungan peran aktif komponen masyarakat guna mewujudkan Indonesia bebas malaria tahun 2030.”

“Karena malaria ini tidak hanya bisa diselesaikan oleh sektor kesehatan saja. Malaria ini ada manusianya, ada nyamuknya, dan ada lingkungannya. Itu semua bergabung jadi satu, kalau salah satu tidak diselesaikan maka tidak akan selesai masalahnya,” jelas Ina.

Artinya konsep one health perlu diterapkan yakni menangani manusia, vektor, dan lingkungannya.

Read Entire Article
Opini Umum | Inspirasi Hidup | Global |