Doa dari Indonesia untuk Paus Baru: Harapan akan Perdamaian dan Kepemimpinan Bijak

4 hours ago 4

Liputan6.com, Vatican City - Seiring berjalannya proses konklaf di Kapel Sistina, harapan umat Katolik dari berbagai penjuru dunia kini tertuju pada sosok paus baru yang akan menggantikan mendiang Paus Fransiskus.

Bagi umat Katolik Indonesia, pemilihan ini bukan sekadar pergantian pemimpin Gereja, tetapi momentum spiritual yang sarat makna dan doa.

Sekretaris Eksekutif Komisi Waligereja Indonesia (KWI), Romo Paulus Siswantoko, menekankan bahwa sosok paus yang diharapkan oleh umat Katolik saat ini adalah pemimpin yang dapat meneruskan jejak Paus Fransiskus, terutama dalam hal kesederhanaan, kerendahan hati, keterbukaan, serta semangat persaudaraan lintas agama dan budaya.

"Paus baru idealnya mampu menjaga dan merawat ajaran serta tradisi Gereja Katolik, sambil tetap relevan dengan perkembangan zaman," ujar rohaniwan yang akrab disapa Romo Koko kepada Liputan6.com, Kamis (8/5/2025).

Ia juga menekankan pentingnya paus yang bisa memimpin dan mengajar umat dengan bijak di tengah berbagai tantangan modern, mulai dari krisis iman, kemajuan teknologi, hingga pergeseran nilai dalam masyarakat.

Secara khusus, umat Katolik di Indonesia mengharapkan agar paus yang baru tetap menjadi suara yang lantang dalam menyerukan perdamaian, kerukunan, dan persaudaraan inklusif di tengah keberagaman suku, agama, dan budaya.

"Dari dulu, umat di Indonesia memandang paus sebagai simbol perdamaian yang mendorong toleransi antarumat beragama. Harapan kami, semangat ini terus hidup dalam kepemimpinan paus selanjutnya," lanjut dia. 

Tantangan bagi Paus Terpilih

Pemimpin baru Gereja Katolik juga akan dihadapkan pada tantangan besar: sekularisme, materialisme, dan konsumerisme, yang dinilai Romo Paulus semakin menjauhkan manusia dari nilai-nilai spiritual dan kepedulian sosial.

Terutama, bagaimana membawa generasi muda agar kembali mencintai dan bangga menjadi bagian dari Gereja Katolik, menjadi pekerjaan rumah besar bagi Paus baru.

Meski secara fisik berjauhan dari Vatikan, umat Katolik Indonesia dapat ikut ambil bagian secara rohani dalam proses konklaf ini.

"Melalui doa, baik di rumah, gereja, maupun komunitas, umat dapat berkontribusi secara spiritual agar pemilihan ini benar-benar menjadi karya Roh Kudus," tutur Romo Koko.

Bagi Romo Koko, konklaf bukan hanya proses administratif, tapi peristiwa sakral dan istimewa dalam sejarah Gereja Katolik universal.

"Paus yang terpilih akan menakhodai kapal besar Gereja Katolik mengarungi zaman yang penuh tantangan dan potensi," tuturnya.

Kini jutaan umat Katolik, termasuk di Indonesia, menanti momen bersejarah: ketika asap putih mengepul dari Kapel Sistina dan lonceng St. Petrus bergema, menandakan dunia telah memiliki paus baru—sosok yang akan membawa arah baru bagi Gereja di abad ke-21.

Read Entire Article
Opini Umum | Inspirasi Hidup | Global |