Liputan6.com, Jakarta Polio adalah penyakit menular yang kini masih mengintai dengan ancaman kelumpuhan atau disabilitas fisik.
Menurut dokter spesialis anak di RS EMC Cikarang, Ramadianty, meski sebagian besar kasusnya menyerang anak-anak di bawah umur lima tahun, tapi siapa pun bisa berisiko jika tidak terlindungi.
Ramadianty menjelaskan, penyakit polio yang mulai diteliti pada tahun 1840-an oleh Michael Underwood, merupakan infeksi yang menyerang sistem saraf. Khususnya sel-sel saraf motorik di sumsum tulang belakang.
Selain kelumpuhan permanen, penyakit polio juga bisa mengancam jiwa jika yang terpengaruh adalah otot pernapasan.
“Penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen dan mengakibatkan pasien kehilangan kemampuan untuk bergerak. Meskipun gejala awalnya mirip flu, dampak polio bisa sangat serius, bahkan mengancam jiwa jika otot pernapasan terpengaruh,” tulis Ramadianty di laman EMC dikutip Rabu (20/11/2024).
Poliovirus merupakan sumber dari virus polio yang termasuk kelompok virus enterovirus. Penyebaran virus ini dapat menyebar melalui rute fekal-oral. Di mana cairan atau feses masuk ke dalam tubuh melalui rongga mulut, hidung, ataupun langsung ke aliran darah.
Setelah masuk ke dalam tubuh, virus polio mulai bereplikasi pada saluran pencernaan, terutama pada faring dan usus. Mulai dari sana, virus akan berkembang biak dan menyerang sistem saraf.
Afghanistan sedang mencoba untuk menyuntik jutaan anak terhadap polio gunan memberantas penyakit yang melumpuhkan itu. PIhak berwenang mengatakan hampir 10 juta anak membutuhkan vaksin polio.
Gejala Polio Berdasarkan Jenisnya
Ramadianty menambahkan, polio mempunyai dua jenis. Keduanya memiliki gejala yang berbeda.
Polio Non-Paralisis
Jenis polio non-paralisis adalah polio tahap awal dan tidak memiliki risiko untuk mengalami kelumpuhan. Adapun gejala polio non-paralisis sebagai berikut:
- Demam
- Nyeri atau kaku pada leher dan punggung
- Sakit kepala parah
- Sakit saat menelan atau radang tenggorokan
- Mual dan muntah.
Polio Paralisis
Berbeda dari polio non-paralisis, jenis polio yang satu ini dapat menyebabkan kelumpuhan.
Setelah satu minggu terinfeksi virus polio, perhatikan gejala-gejala berikut yang akan mulai dirasakan:
- Nyeri dan tegang pada otot
- Penurunan atau bahkan kehilangan reflek tubuh
- Lengan dan tungkai terasa lemas
- Kemungkinan kesulitan bernapas.
Cegah Polio dengan Vaksinasi
Mengingat polio bisa berdampak serius, Ramadianty mengingatkan untuk melindungi diri dengan vaksinasi.
“Vaksinasi merupakan metode paling ampuh untuk mencegah polio. Baik vaksin polio inaktif (IPV) maupun vaksin polio oral (OPV) telah terbukti berhasil menurunkan jumlah kasus infeksi di seluruh dunia.”
IPV diberikan melalui suntikan dan tidak mengandung virus hidup, sedangkan OPV diberikan secara oral menggunakan virus hidup yang telah dilemahkan. Vaksinasi secara rutin di masyarakat berperan penting dalam membangun kekebalan kelompok dan menghambat penyebaran virus poliovirus.
Bagaimana Pengobatan Polio?
Meskipun polio bukanlah suatu penyakit yang dapat disembuhkan, tapi pengidap polio masih dapat menjalankan perawatan guna meredakan gejala dan mencegah komplikasi. Berikut ini beberapa perawatan yang dapat dilakukan di rumah:
- Mengonsumsi pereda nyeri sesuai dengan anjuran dokter.
- Menggunakan ventilator atau alat pembantu pernapasan.
- Melakukan rehabilitasi paru untuk mengatasi komplikasi paru.
- Menggunakan kompres panas jika merasakan nyeri otot.
Selain itu, perawatan simptomatik seperti fisioterapi juga menjadi aspek penting dalam proses rehabilitasi pasien polio.
Terapi ini ditujukan untuk membantu pasien mengembalikan fungsi motorik dan juga meningkatkan kualitas hidup pasien.
Meskipun fisioterapi dapat membantu meningkatkan fungsi motorik dan kualitas hidup, polio tetap berbahaya karena tidak ada pengobatan yang benar-benar menyembuhkan penyakit ini. Akibatnya, polio masih menjadi ancaman serius yang terus menghantui masyarakat.