25 Fakta Menarik Perjalanan Haji Muslim Spanyol dengan Berkuda: Diawali Nazar hingga Napak Tilas Rute Kuno

5 days ago 16

Daftar Isi

Liputan6.com, Riyadh - Perjalanan haji selalu menjadi momen sakral bagi umat Muslim di seluruh dunia. Namun, ada yang berbeda dan menarik dari perjalanan haji tiga pria asal Spanyol ini. Abdelkader Harkassi Aidi, Tarek Rodriguez, dan Abdallah Rafael Hernandez Mancha memilih cara yang unik dan menantang untuk mencapai Makkah, yaitu dengan menunggang kuda.

Berikut ini 25 fakta menarik di balik perjalanan untuk ibadah haji 2025 para jemaah asal Spanyol, mengutip situs Associated Pres (AP) dan The National, Minggu (8/6/2026): 

1. Mereka menempuh perjalanan sejauh sekitar 8.000 kilometer, secara resmi dimulai di sebuah masjid tua Andalusia di Desa Almonaster la Real di Spanyol selatan hingga ke tanah suci mencapai Kakbah, bangunan kubus hitam di Masjidil Haram di Makkah.

2. Perjalanan epik ini dimulai pada Oktober 2024 dan berakhir pada Mei 2025.

3. Ketiga pria ini melintasi berbagai negara di Eropa dan Timur Tengah, termasuk Prancis, Italia, Slovenia, Kroasia, Bosnia, Serbia, Bulgaria, Turki, Suriah, dan Yordania.

4. Rute yang mereka lalui dipercaya belum dijamah oleh jemaah haji lain selama lebih dari 500 tahun, tepatnya sejak tahun 1491.

5. Aksi mereka ini bukan hanya sekadar perjalanan biasa, tetapi juga upaya menghidupkan kembali tradisi perjalanan haji dengan berkuda yang pernah dilakukan oleh Muslim Andalusia di masa lalu. 

6. Inspirasinya datang dari teman Harkassi Aidi, Hernandez Mancha, seorang guru bahasa Spanyol yang, 36 tahun lalu, membuat janji atau nazar sebelum mengikuti ujian negara yang penting. "Ia menulis di buku catatan bahwa jika ia lulus ujian yang sangat penting baginya, agar ia bisa mendapatkan pekerjaan dan membantu keluarganya, ia akan menjadi seorang Muslim dan pergi haji dengan menunggang kuda. Itu adalah tradisi orang-orang Andalusia kuno, yang ia sadari sebagai leluhurnya."

Hernandez Mancha lulus ujian dengan nilai tinggi, menepati janjinya, memeluk Islam dan akhirnya, setelah pensiun sebagai guru sejarah dan geografi, memenuhi bagian kedua dari janjinya.

7. Para penunggang kuda berlatih selama empat tahun dengan kuda Arab dari garis keturunan Khuzestani, yang dikenal karena daya tahannya. "Mereka adalah kuda yang sangat tangguh, sangat keras, sangat kuat, jelas Harkassi Aidi.

8. Namun, perjalanan itu jauh dari kata mudah. ​​"Kami tidak punya banyak uang. Kami semua mengeluarkan US$1.705 atau sekitar Rp27,7 juta masing-masing untuk memulai perjalanan dan saat kami mencapai bagian utara Spanyol, kami sudah kehabisan uang," kenang Harkassi Aidi.

9. Perjalanan sangat menantang. Mereka berkemah setiap malam, memasak untuk diri mereka sendiri, dan menempuh jarak rata-rata 40 km per hari. 

10. Di Prancis dan Italia, mereka mengandalkan pusat berkuda. "Semuanya di sana beraspal, yang lebih buruk bagi kuda karena lebih keras pada persendian," kata Harkassi Aidi. Di Verona, seorang influencer Snapchat asal Saudi, Abdulrahman Al-Mutairi, menyumbangkan sebuah mobil karavan. "Ia datang tepat pada saat kami mendekati Slovenia dan angin Kroasia yang sangat dingin di musim dingin."

12. Saat mereka melintasi Slovenia dan Kroasia, pemandangannya menjadi berulang. "Kami melihat gunung batu di sebelah kiri dan laut di sebelah kanan dan tahu bahwa kami akan melihat hal yang sama selama seminggu atau lebih," kata Harkassi Aidi.

13. Meskipun tidak dapat menyeberang ke negara ini dengan kuda mereka sendiri, Bosnia dan Herzegovina menandai titik balik.

14. Menyeberang ke Serbia juga membawa kegembiraan yang tak terduga bagi kelompok tersebut. "Merupakan kejutan besar untuk menemukan komunitas Muslim yang kuat dan bersemangat ini," kata Harkassi Aidi. Kelompok tersebut juga mengalami “waktu yang menyenangkan" di Novi Pazar, kota multietnis di Serbia barat daya. Terletak di perbatasan Montenegro, Kosovo, dan Bosnia, kota ini adalah ibu kota wilayah Sanjak.

16. Hari pertama mereka di Turki bertepatan dengan dimulainya Ramadan. Rombongan berpuasa pada siang hari, tetapi makan setiap malam bersama masyarakat setempat.

17. Meskipun awalnya ragu untuk memasuki Suriah, mereka diyakinkan akan perjalanan yang aman. "Kami memercayai mereka," kata Harkassi Aidi tentang para penguasa yang mereka temui. "Semuanya kacau. Kami melihat banyak kehancuran dan mendengar banyak cerita." Namun, mereka disambut di mana-mana. "Perayaan pertama adalah ketika rezim Assad jatuh dan yang kedua adalah ketika kami melewati negara itu," kata Harkassi Aidi.

18. Dari Damaskus, mereka melanjutkan perjalanan ke selatan, berdoa di Masjid Umayyah saat mereka melewatinya. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Yerusalem dan Yordania, yang merupakan persinggahan singkat namun hangat, sebelum mereka menyeberangi perbatasan ke gurun Saudi.

19. Arab Saudi menghadirkan tantangan logistik baru.

"Pemerintah tidak mendukung orang-orang yang datang haji dengan cara ini," kata Harkassi Aidi. "Mereka meminta kami untuk meninggalkan kuda-kuda kami di salah satu kota di Riyadh dan datang ke Madinah." Meskipun harus mengakhiri perjalanan mereka, mereka diperlakukan dengan ramah. "Mereka benar-benar membayar tiket pesawat kami dan menerima kami di Madinah dengan bunga dan hotel bintang lima," tambah Harkassi Aidi.

20. Rombongan tersebut melanjutkan perjalanan mereka, menghabiskan beberapa minggu terakhir berkeliling Arab Saudi dan bertemu orang-orang di sepanjang jalan. Mereka telah bertemu dengan Emir Madinah, kerabat dekat Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman.

21. Di Makkah, ketiganya berhaji, sambil merenungkan apa yang telah mereka capai. "Kami merasa sangat beruntung dan dipilih oleh Allah untuk melakukan ini," kata Harkassi Aidi. "Ini adalah perjalanan yang mustahil dan hanya mungkin terjadi dengan bantuan Allah." Peran mereka sebagai duta besar merupakan salah satu prestasi yang paling membanggakan. "Kami telah mewakili komunitas Muslim Spanyol di seluruh dunia," kata Harkassi Aidi. "Ini merupakan prestasi yang luar biasa bagi Spanyol secara keseluruhan."

22. Perjalanan ini juga menjadi tonggak sejarah bagi dunia berkuda. "Para penunggang kuda tahu betapa rapuhnya kuda," kata Harkassi Aidi. "Menempuh jarak lebih dari 6.500 kilometer dalam enam atau tujuh bulan merupakan sebuah keajaiban."

23. Perjalanan ini berakhir dengan perasaan campur aduk. Mereka akan kembali ke Spanyol dengan pesawat, meninggalkan kuda-kuda mereka. "Saya pikir ini adalah bagian yang menyedihkan dari kisah ini," kata Harkassi Aidi. "Mereka pantas mendapatkan yang terbaik."

24. Berbagai rencana telah disusun untuk melestarikan garis keturunan hewan yang membawa mereka ke tanah suci, Makkah.

25. Harkassi Aidi mengatakan bahwa ia belajar banyak pelajaran selama perjalanan ini. Pelajaran terbesar adalah imannya yang kuat. "Jika Anda memiliki niat yang jelas, Anda harus berkomitmen untuk itu, bersabarlah ketika segala sesuatunya sangat sulit dan bersyukurlah ketika segala sesuatunya mudah. ​​Dengan niat yang baik, jelas dan adil, dan percaya kepada Allah, segalanya mungkin."

Read Entire Article