Trump dan Zelenskyy Saling Melontarkan Sindiran saat Hubungan AS-Ukraina Memanas

3 weeks ago 41

Liputan6.com, Washington, DC - Hubungan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memburuk pada Rabu (19/2/2025), setelah Zelenskyy mengatakan Trump hidup dalam "ruang disinformasi buatan Rusia". Sementara Trump menyebut Zelenskyy "seorang diktator tanpa pemilu".

Komentar ini merupakan saling serang yang mencengangkan antara pemimpin yang negaranya telah menjadi sekutu kuat dalam beberapa tahun terakhir di bawah pendahulu Trump, Joe Biden. Saat Biden menghuni Gedung Putih, AS memberikan perlengkapan militer penting kepada Ukraina untuk mempertahankan diri dan menggunakan pengaruh politiknya untuk membela Ukraina serta mengisolasi Rusia di panggung dunia.

Kini, pemerintahan Trump telah merumuskan arah baru, menjalin hubungan dengan Rusia, dan mendorong kesepakatan perdamaian. Pejabat senior dari kedua negara mengadakan pembicaraan pada Selasa untuk mendiskusikan peningkatan hubungan, merundingkan akhir perang, dan mempersiapkan pertemuan antara Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin setelah bertahun-tahun hubungan yang tegang.

Serangan Trump soal diktator diyakini merujuk pada kenyataan bahwa Ukraina telah menunda pemilu yang dijadwalkan pada April 2024 karena perang masih terjadi.

Trump juga menyebut Zelenskyy seorang komedian yang cukup sukses membujuk AS menghabiskan USD 350 miliar untuk terjun ke perang yang tidak bisa dimenangkan, yang tidak pernah harus dimulai, tapi perang yang tanpa AS dan 'TRUMP' tidak akan pernah bisa selesaikan.

Presiden AS tersebut melanjutkan dengan menuturkan bahwa satu-satunya hal yang bisa Zelenskyy lakukan dengan baik adalah memanipulasi Biden. Dia menyarankan Zelenskyy bergerak cepat atau dia tidak akan punya negara lagi.

Sementara itu, Putin mengatakan dia ingin bertemu dengan Trump.

"Saya ingin melakukan pertemuan, namun perlu dipersiapkan agar memberikan hasil," sebut Putin pada Rabu dalam pernyataan yang disiarkan televisi.

Putin menambahkan dia akan "senang" bertemu dengan Trump, namun mencatat bahwa Trump telah mengakui penyelesaian Ukraina bisa memakan waktu lebih lama dari yang dia harapkan.

Pemimpin Rusia itu memuji pembicaraan yang berlangsung pada Selasa antara pejabat senior Rusia dan AS di ibu kota Saudi, Riyadh, yang dia sebut "sangat positif". Dia menyatakan pejabat yang ikut serta dalam pembicaraan menggambarkan delegasi AS sebagai orang-orang yang sangat berbeda, yang terbuka terhadap proses negosiasi tanpa prasangka, tanpa mengutuk apa yang telah dilakukan di masa lalu, dan bertekad bekerja sama dengan Rusia.

Putin menuturkan "tujuan dan subjek" dari pembicaraan pada Selasa "adalah pemulihan hubungan Rusia-AS."

"Tanpa meningkatkan tingkat kepercayaan antara Rusia dan AS, tidak mungkin menyelesaikan banyak masalah, termasuk krisis Ukraina. Tujuan pertemuan ini adalah meningkatkan kepercayaan antara Rusia dan AS," tutur Putin.

Dia menanggapi keluhan Zelenskyy tentang Ukraina yang tidak diundang dalam pembicaraan AS-Rusia dengan menuturkan bahwa reaksi Ukraina "tidak berdasar".

"Presiden Trump mengatakan kepada saya selama pembicaraan telepon bahwa AS berasumsi proses negosiasi akan melibatkan Rusia dan Ukraina," kata Putin. "Tidak seorang pun akan mengecualikan Ukraina dari proses ini."

Putin menyatakan pula dia terkejut melihat Trump menunjukkan "kendali diri" terkait para pemimpin Eropa yang mendukung saingannya dalam Pilpres AS.

"Semua pemimpin Eropa secara efektif campur tangan langsung dalam pemilu AS," katanya, seraya menambahkan beberapa secara langsung menghina Trump. "Terus terang, saya terkejut melihat sikap menahan diri presiden AS yang baru terpilih terhadap sekutunya, yang telah bertindak kasar."

Putin mengulang garis resmi Kremlin bahwa Rusia tidak pernah menolak kemungkinan pembicaraan dengan Ukraina atau sekutu-sekutu Eropa.

"Pihak Eropa telah menghentikan kontak dengan Rusia. Pihak Ukraina telah melarang dirinya sendiri untuk berunding," katanya mengacu pada keputusan Zelenskyy pada 2022 yang menolak segala perundingan dengan Rusia.

Read Entire Article
Opini Umum | Inspirasi Hidup | Global |