Tragedi Wartawan India Pelapor Korupsi Ditemukan Tewas di Tangki Septik Soroti Risiko Jurnalisme

17 hours ago 4

Liputan6.com, New Delhi - Pembunuhan sadis jurnalis India Mukesh Chandrakar menyoroti bahaya meliput dari beberapa wilayah paling rawan di negara itu.

Jasad Mukesh ditemukan pada 3 Januari 2025 di dalam tangki septik sebuah kompleks milik seorang kontraktor yang pernah dia sebut dalam cerita mengenai korupsi di Negara Bagian Chhattisgarh. Polisi telah menangkap kontraktor tersebut dan dua orang lainnya terkait dengan pembunuhan pria berusia 33 tahun ini. Demikian seperti dikutip dari BBC, Kamis (9/1).

Mukesh dilaporkan hilang oleh saudara laki-lakinya pada Hari Tahun Baru.

Mengutip laporan media lokal, VOA menyebutkan, jasad Mukesh menunjukkan bukti serangan brutal, dengan tulang rusuk yang patah dan fraktur pada tengkorak.

Chhattisgarh, negara bagian yang kaya akan mineral, telah menyaksikan konflik bersenjata selama lebih dari tiga dekade dan serangan oleh pemberontak Maois terhadap pasukan keamanan adalah hal yang biasa. Maois, yang aktif di beberapa negara bagian India, mengaku berjuang untuk pemerintahan komunis dan hak yang lebih besar bagi masyarakat adat serta orang miskin pedesaan.

Pembunuhan Mukesh dikecam oleh lembaga pemantau media India, mendorong Press Club of India yang merupakan salah satu asosiasi media terbesar di negara itu, menuntut pemerintah mengambil langkah-langkah perlindungan bagi para pekerja media.

Mukesh belum lama ini menyelidiki skandal pembangunan jalan di Bijapur, yang mengarah pada penyelidikan resmi terhadap para kontraktor. Wakil ketua menteri Chhattisgarh seperti dilaporkan media lokal mengatakan polisi menduga pembunuhan Mukesh terkait langsung dengan liputan yang dilakukannya. Laporan tentang kasus korupsi ini disiarkan pada 25 Desember.

Salah satu dari tiga orang yang ditangkap diidentifikasi sebagai Suresh Chandrakar, seorang kerabat jauh Mukesh. Menurut media lokal, Suresh diduga marah atas penyelidikan pemerintah negara bagian terhadap proyek pembangunan setelah korupsi terungkap.     

Mereka yang mengenal Mukesh memuji keberanian dan ketahanannya, dengan banyak yang mengatakan bahwa dia sangat peduli pada orang-orang dan rela berusaha keras untuk melaporkan sebuah kisah yang penting.

Kematian Mukesh juga memicu diskusi tentang tantangan yang dihadapi oleh jurnalis independen, yang sering bekerja sebagai stringer atau freelancer, di negara bagian seperti Chhattisgarh, di mana peluang kerja sangat terbatas dan keseimbangan kekuasaan terus berubah antara negara, kelompok pemberontak, dan perusahaan tambang besar.

Mukesh dilahirkan di Basaguda, sebuah desa terpencil di negara bagian tersebut, dan sempat menjalani berbagai pekerjaan sebelum akhirnya beralih ke dunia jurnalisme di usia 20-an.

Masa kecilnya penuh kesulitan. Dia kehilangan ayah saat masih kecil dan dibesarkan oleh ibunya yang bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan hidup. Dia tumbuh di bawah bayang-bayang kekerasan karena kelompok milisi dan pemberontak berjuang untuk mendapatkan kekuasaan di negara bagian tersebut.

Untuk membantu menghidupi keluarganya, Mukesh awalnya mengumpulkan bunga mahua, yang digunakan untuk membuat minuman keras yang populer di kalangan masyarakat adat dan kemudian bekerja di sebuah bengkel.

Berkenalan dengan Jurnalisme

Temannya, Ganesh Mishra, mengatakan kepada BBC bahwa Mukesh menemukan minatnya dalam jurnalisme melalui percakapan dengan teman-temannya. Dia mulai berkarier sebagai jurnalis pada tahun 2013, belajar langsung di lapangan, menerima tips dari sesama jurnalis, dan secara perlahan mengembangkan hasratnya untuk melaporkan berita.

Mukesh bekerja sebagai reporter untuk media arus utama sebelum akhirnya meluncurkan saluran YouTube-nya sendiri, Bastar Junction. Pada saat kematiannya, saluran tersebut telah memiliki sekitar 165.000 pelanggan (subscriber), sebuah angka yang kini terus berkembang, mencapai tambahan sekitar 10.000 pelanggan.

Bastar sendiri adalah sebuah distrik berbukit di Chhattisgarh yang dikelilingi hutan lebat dan merupakan bagian dari 'koridor merah' India, istilah yang merujuk pada wilayah-wilayah yang paling terpengaruh oleh pemberontakan Maois.

Melalui video-videonya, jurnalisme Mukesh dinilai cukup dramatis dan terkadang menyimpang dari kerja jurnalistik, seperti tidak selalu memberikan hak jawab kepada semua pihak. Meski demikian, video-videonya berhasil mengangkat cerita-cerita yang sering terabaikan oleh media arus utama, seperti laporan tentang warga desa yang tewas dalam baku tembak antara pemberontak Maois dan tentara, atau pria adat yang salah dituduh sebagai pemberontak dan dipenjara oleh polisi.

Saluran Bastar Junction menangkap kesulitan yang dihadapi warga di desa-desa terpencil di Bastar, di mana kebutuhan dasar saja sangat sulit didapat.

Salah satu video menunjukkan warga desa berenang melintasi sungai sambil membawa barang belanjaan karena tidak ada jembatan; video lainnya mendokumentasikan jalan penting yang ditanami ranjau, yang diduga ditanam oleh Maois untuk menyerang pasukan keamanan. Laporan-laporannya memberikan platform bagi warga untuk menyuarakan keluhan mereka dan meminta pertanggungjawaban pejabat publik.

Kenangan tentang Mukesh

Mukesh juga bekerja sebagai stringer untuk sejumlah kantor berita, di mana tugasnya melibatkan memberikan informasi kepada jurnalis dari luar daerah mengenai suatu cerita atau kadang-kadang menjadi pemandu mereka melalui wilayah-wilayah yang dikuasai Maois.

Sebagian besar media membayar reporter freelance seperti itu dengan buruk dan meskipun melakukan banyak pekerjaan lapangan, mereka sering kali tidak menerima pengakuan yang layak atau nama mereka tercantum dalam laporan.

Seorang jurnalis yang dibantu Mukesh untuk meliput sebuah cerita sensitif mengatakan kepada BBC bagaimana Mukesh telah membantu menyeberangi kamp-kamp Maois dan pos-pos pemeriksaan polisi untuk mengakses daerah-daerah terpencil di dalam hutan.

"Tanpa dia, tidak mungkin mengakses medan seperti itu," ungkap orang yang ingin tetap anonim tersebut.

Dia menggambarkan Mukesh sebagai seseorang yang bersemangat untuk mencari pengalaman baru, mencintai tantangan, dan merasa bangga ketika tindakannya membawa perubahan.

"Dia juga merupakan sosok yang penuh aspirasi. Dia tidak ingin hidupnya terikat oleh masa lalunya yang sulit; sebaliknya, dia bertekad untuk mengatasi segala rintangan itu," tambahnya.

Manisha Pande, redaktur pelaksana di Newslaundry, sebuah platform berita independen, membahas tantangan yang dihadapi jurnalis di banyak kota kecil dan daerah di seluruh Negeri Hindustan.

"Ada banyak jurnalis muda yang penuh semangat dan bahkan tanpa rasa takut, yang menjadi yang pertama mengungkap dan melaporkan cerita dari daerah mereka. Namun, sebagai profesi, kita belum menemukan cara untuk membuat jurnalisme ini berkelanjutan secara finansial bagi mereka," ujarnya.

Pembunuhan Mukesh masih dalam penyelidikan, dan lebih banyak detail tentang kematiannya diperkirakan akan terungkap dalam beberapa hari mendatang. Namun, karyanya tetap menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang.

"Saya telah kehilangan seorang teman yang seperti keluarga, dan Bastar telah kehilangan seorang jurnalis yang baik," kata Mishra. "Jurnalisme yang dia lakukan memberi dampak besar pada banyak orang, dan karena itu, kehilangan ini dirasakan dengan sangat mendalam oleh semua orang."

Puluhan Nyawa Jurnalis India Melayang

Kelompok pengawas media telah menyuarakan kekhawatiran tentang menurunnya kebebasan pers di India di bawah pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi. Jurnalis yang melaporkan korupsi di daerah-daerah terpencil dicap sebagai yang paling rentan.

Committee to Protect Journalists, menyebutkan bahwa setidaknya 24 jurnalis dibunuh di India terkait dengan pekerjaan mereka dalam dekade terakhir. Organisasi kebebasan media ini sedang menyelidiki sembilan kasus lainnya untuk melihat apakah peliputan menjadi motifnya.

Di antara kasus tersebut adalah Subhash Kumar Mahato, seorang wartawan yang berbasis di Bihar yang melaporkan tentang pertambangan ilegal. Mahato ditembak pada Mei 2022.Pihak berwenang India membantah adanya ancaman terhadap kebebasan pers dan mengatakan bahwa media di negara ini menikmati kebebasan penuh.    

Read Entire Article
Opini Umum | Inspirasi Hidup | Global |