Liputan6.com, Jakarta - Rusia menyampaikan komitmennya untuk memperkuat kerja sama ekonomi dan perdagangan dengan Indonesia, terutama melalui pengembangan sektor industri dan energi. Hal ini disampaikan langsung oleh Wakil Menteri Perindustrian dan Perdagangan Federasi Rusia Alexey Gruzdev.
Gruzdev mencatat adanya peningkatan konsisten dalam omzet perdagangan bilateral, yang mencapai USD 4 miliar pada tahun 2024 lalu, meskipun menghadapi tantangan eksternal seperti pandemi COVID-19 dan hambatan logistik.
Ia meyakini bahwa angka tersebut masih jauh dari potensi sebenarnya.
"Ekonomi kita menyediakan peluang lebih besar dari itu," katanya dalam panel diskusi "Indonesia-Rusia Business Forum" 2025 yang diselenggarakan di Jakarta, Senin (14/4/2025).
"Tahun ini saja, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kami melampaui 4 persen, dan sektor manufaktur serta industri tumbuh lebih dari 8 persen," imbuhnya, sembari menyoroti pertumbuhan ekonomi Rusia yang tetap positif meski berada di bawah tekanan sanksi internasional.
Rusia, lanjut Gruzdev, kini fokus pada substitusi impor dan pengembangan teknologi lokal, terutama di sektor teknik elektro, industri minyak dan gas, kimia, serta farmasi. Ia menegaskan kesiapan negaranya untuk membawa pencapaian ini ke pasar Indonesia.
"Misalnya, pangsa teknologi Rusia di sektor kelistrikan kini sudah mencapai lebih dari 60 persen di pasar domestik kami. Ini mencakup produksi peralatan, material kimia, pipa berkualitas tinggi, hingga obat-obatan esensial," katanya.
Kelapa Sawit Indonesia Jadi Komoditas Strategis
Sementara dalam hal perdagangan, Rusia mengakui pentingnya minyak sawit dan minyak kelapa dari Indonesia. Lebih dari 90 persen minyak sawit yang diimpor Rusia berasal dari Indonesia, menjadikannya sebagai sektor strategis kerja sama bilateral.
"Pasokan ini menjadi bagian dominan dari impor kami dari Indonesia, dan kami menganggapnya sangat penting untuk mendukung kompleks agroindustri kami," kata Gruzdev.
Gruzdev menekankan bahwa kerja sama antara Rusia dan Indonesia tidak hanya terbatas pada pengiriman produk, melainkan juga mencakup pengembangan industri strategis jika prasyarat teknis dan pasar yang memadai tersedia.
"Kami berbicara tentang pengembangan produksi obat, termasuk untuk penyakit onkologi dan autoimun, kelompok insulin, serta berbagai vaksin," ujarnya.
Hal ini menunjukkan kesiapan Rusia untuk turut mendukung kebutuhan kesehatan global, termasuk di pasar Indonesia.
Industri Nuklir hingga Antariksa
Sektor pembuatan kapal juga menjadi perhatian khusus dalam kerja sama ke depan. Rusia melihat peluang besar untuk mengembangkan kapal penumpang, kapal hidrofoil, hingga kapal bertenaga listrik yang dapat digunakan untuk sektor transportasi maupun industri pariwisata Indonesia.
Dalam bidang energi, Rusia menawarkan kerja sama pada pengembangan energi nuklir yang diakuinya sebagai salah satu sektor unggulan. Lebih dari 20 unit pembangkit tenaga nuklir sedang dibangun di berbagai negara menggunakan teknologi Rusia, dengan total kapasitas mencapai 25 megawatt.
Tak hanya untuk kebutuhan energi, teknologi nuklir juga disiapkan untuk aplikasi non-energi, seperti kedokteran nuklir, pasokan radioisotop, pengolahan produk pertanian, dan prolongasi masa simpan bahan pangan.
"Industri nuklir kami dapat menawarkan semua ini," kata Gruzdev.
Rusia bahkan menawarkan kemitraan di bidang teknologi antariksa, mulai dari layanan navigasi satelit, sistem kartografi, hingga teknologi pencarian independen.
Gruzdev menambahkan bahwa Rusia memiliki perkembangan signifikan di sektor teknologi informasi, termasuk keamanan siber, layanan pemerintahan digital, dan kecerdasan buatan (AI). Rusia juga mampu menawarkan solusi perangkat lunak industri dan solusi digital untuk sistem navigasi.
Lebih jauh, Rusia juga ingin menggeser pola kerja sama dari sekadar perdagangan menjadi operasi investasi langsung. Fokus utamanya mencakup sektor-sektor dengan pertumbuhan pesat di Rusia, termasuk farmasi dan teknologi rekayasa.
"Kami yakin Indonesia merupakan mitra strategis yang dapat mendukung diversifikasi pasar kami dan menjadi alternatif dari dominasi mitra tradisional sebelumnya," pungkasnya.