SMP Labschool Kebayoran Hadirkan 14 Negara dalam Gelaran Labschool International Cultural Day

Liputan6.com, Jakarta - SMP Labschool Kebayoran, Jakarta, menghadirkan perwakilan dari 14 negara sahabat dalam kegiatan Labschool International Cultural Day (LICD) bertema “Global Window: A Journey Through Nations.”

Acara ini digelar melalui kolaborasi sekolah bersama Persatuan Orang Tua Murid dan Guru (POMG) untuk membuka ruang bagi siswa memahami keberagaman budaya secara langsung.

Empat belas negara yang berpartisipasi meliputi Prancis, Australia, Spanyol, Italia, Turki, Irlandia, Taiwan, Jepang, Uzbekistan, Tunisia, Norwegia, Brasil, Belanda, dan Rumania.

Perwakilan masing-masing negara memasuki kelas yang telah disulap menjadi ruang bertema budaya negara tersebut. Para siswa tampil dengan kostum khas dan mempresentasikan informasi mengenai budaya serta sejarah negara yang mereka wakili. Interaksi berlangsung santai, memungkinkan siswa untuk berdialog langsung dengan diplomat atau perwakilan resmi.

Kepala SMP Labschool Kebayoran, Yulinda Asnita, mengatakan kegiatan ini memberikan pengalaman belajar yang tidak bisa diperoleh dari buku pelajaran.

"Hari ini anak-anak bisa berkeliling dunia dalam satu hari dan melihat langsung representasi dari 14 negara. Ini menjadi momen berharga bagi mereka untuk belajar langsung dari duta besar atau perwakilan resmi," ujarnya.

LICD digelar sebagai wadah bagi siswa untuk mengembangkan karakter positif, kreativitas, serta pemahaman global melalui kegiatan bertema budaya internasional. Kegiatan ini juga diharapkan dapat memperluas wawasan siswa mengenai hubungan internasional dan keberagaman dunia.

Interaksi yang terjalin bukan hanya sebatas informasi, tetapi juga dialog yang membuat siswa menjadi berani untuk bertanya dan memahami langsung cara pandang dari setiap perwakilan negara.

Menurut Yulinda, pertemuan lintas budaya seperti ini menumbuhkan pemahaman tentang karakteristik setiap masyarakat di negara tersebut, sistem pendidikan, hingga peluang beasiswa atau studi di luar negeri. 

Dalam sesi yang berlangsung di kelas dengan negara Irlandia, keseruan tampak jelas disambut oleh siswa-siswi yang aktif mendengarkan salah satu ciri khas budaya Irlandia hingga bahasa yang dulu digunakan.

Keakrabakan dari kedutaan besar turut membuat suasana semakin hangat, di mana keduanya saling bertukar pendapat mengenai makanan dan camilan masing-masing negara.

Sementara itu, Dubes Irlandia untuk Indonesia, ASEAN dan Timor-Leste, Sharon Lennon, menilai bahwa kegiatan seperti International Culture Day memiliki peran besar dalam memperluas perspektif siswa terhadap budaya global.

"Salah satu hal yang membuat anak-anak memahami budaya dimulai dari pendekatan, dengan kedekatan antarmanusia akan memberikan hal-hal yang terasa familiar di antara dua budaya, yang memudahkan untuk membayangkan berbagai situasi atau skenario dari cerita atau apa yang kita sampaikan," ujarnya.

Ia juga memberikan contoh bagaimana kesamaan budaya atau hal-hal yang disukai dari setiap negara dapat meningkatkan wawasan siswa-siswi, seperti saat membicarakan sastra, tarian, musik, bahasa, atau cara berdoa kepada Tuhan masing-masing.

Di momen seperti inilah, Sharon merasa bahwa mereka benar-benar belajar tentang budaya lebih banyak, sehingga pentingnya pertukaran budaya dalam diplomasi modern.

"Kedatangan kami sebagai diplomat dan kedutaan adalah berbagi budaya kita dan mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang budaya dari negara asal kita, di mana adanya kedekatan yang membangun persahabatan menjadi cara terbaik untuk berbagi pemahaman budaya," ucapnya lagi.

Dengan begitu, acara pertemuan berbagai negara ini menjadi fondasi kuat untuk membagi ilmu dan wawasan yang semakin luas.

Hubungan antarmanusia juga menjadi cara yang mudah untuk membentuk kerja sama, dimulai dari perdagangan, pembangunan, hingga hubungan antar pemerintah, yang perlahan membuka ruang untuk berinteraksi dan terhubung dengan berbagai budaya yang dibawanya.