Percobaan Filler di Bawah Mata Gagal, Wanita Asal Inggris Alami Infeksi Parah

4 days ago 9

Liputan6.com, London - Menyempurnakan penampilan menjadi hal biasa yang dilakukan oleh banyak orang tanpa memandang generasi, mulai dari perawatan kecantikan, kosmetik, hingga prosedur medis seperti botox dan filler.

Tren ini juga membuat Lauren Bateman di Inggris mencoba filler di area mata yang ternyata menimbulkan risiko berbahaya.

Wanita muda (24) ini telah menjalani suntik botox dan filler sejak usianya 18 tahun tanpa efek samping yang ditimbulkan. Anehnya, dua tahun lalu ketika menjalani filler di area bawah mata membuat wajahnya bengkak, terasa tegang, dan rasa sakit yang parah, dilansir dari Independent, Selasa (11/11/2025).

Keputusan untuk melakukan filler di area berbahaya ini untuk mempercantik diri pada ulang tahun sahabatnya ke-21 yang berlibur ke Siprus untuk merayakannya.

Ia juga melihat banyak perempuan yang mengunggah foto mereka di Instagram dari perawatan serupa, sehingga menguatkan keputusannya untuk melakukan filler tersebut.

Demi Penampilan

Percobaan pertama kali filler di bawah mata berjalan normal, tetapi efeknya mulai menunjukkan wajahnya yang bengkak hebat dan nyeri luar biasa.

Baru saja keseruannya menyapa perjalanan mereka, kondisi Lauren di pesawat memburuk, dengan matanya yang bengkak dan hampir tertutup sembari menahan nyeri tak terhankan.

Setelah bertahan dari gangguan di atas udara, ia akhirnya tiba di hotel dan berusaha mencari bantuan medis.

Namun, demi tidak melewatkan acara ulang tahun sahabatnya, Lauren memilih menunda pengobatan dan tetap tampil dengan riasan tebal untuk pergi ke salah satu klub malam.

Sakit Tak Tertahankan

Rasa sakit di wajahnya bertambah parah dan segera menuju rumah sakit di Siprus. Tetapi keterbatasan bahasa membuat komunikasi mereka menjadi sulit.

Bahkan dokter di rumah sakit tersebut tidak begitu memahami tentang filler mata, yang hanya dapat memberikan obat pereda nyeri karena menganggapnya sebagai alergi biasa.

Liburannya terganggu dan selalu memeriksa kondisi wajahnya di cermin, di mana menimbulkan rasa tidak nyaman baginya. Setelah kembali ke London, ia langsung pergi ke UGD terdekat karena penglihatannya kabur pada mata kanan.

Tenaga medis yang menanganinya cukup lambat karena ia telah menunggu berjam-jam sebelum akhirnya kondisi Lauren mendapatkan tindakan oleh dokter.

Keesokan harinya, meski telah diberi antibiotik, kondisi Lauren tidak memberikan tanda-tanda baik. Ia pun menelepon layanan darurat 111 dengan histeris dan berteriak "saya akan mati!"

Kondisinya yang lemah semakin membuat Lauren kesal dengan rasa sakit yang diderita sangat mengganggu.

"Belah saja wajahku, aku tidak peduli jika aku punya bekas luka, keluarkan saja nanahnya!" ucapnya memohon agar kesakitan di wajahnya dapat hilang.

Operasi Darurat

Nanah yang keluar dari wajahnya tercium bau busuk dan segera menghubungi neneknya untuk menemaninya. Dalam ketakutan, ia harus menjalani operasi di ruang UGD yang berlangsung sekitar 20 menit.

Bius diberikan langsung pada area wajah dan membuat sayatan kecil untuk membuka celah kecil di pipinya yang telah pecah.

Hasil operasi pun berjalan lancar dengan seperempat wajah di sisi kanannya ditutup plester besar dan perlu mengganti perbannya secara rutin.

Beruntungnya, infeksi di wajah tidak menjalar hingga ke area mata, dan ia harus menunggu proses penyembuhan yang memakan waktu sekitar lima hingga enam bulan.

Setelah sembilan bulan lukanya menghilang, Lauren tetap melanjutkan perawatan filler di beberapa bagian wajahnya, kecuali area mata. Karena baginya, menjaga penampilan ini membantunya untuk tetap percaya diri.

Sedikitnya 241 warga Palestina tewas dan 614 lainnya luka-luka akibat serangan Israel sejak 11 Oktober, menurut otoritas kesehatan Gaza, Sabtu. Dengan penambahan ini, total korban jiwa akibat serangan Israel sejak Oktober 2023 mencapai 69.169 orang.

Read Entire Article