Liputan6.com, Moskow - Kremlin pada Sabtu (17/5/2025) menyatakan bahwa pertemuan antara Presiden Vladimir Putin dan Presiden Volodymyr Zelenskyy hanya mungkin dilakukan setelah kedua belah pihak mencapai kesepakatan. Pernyataan ini muncul sehari setelah Rusia dan Ukraina menggelar pembicaraan langsung pertama mereka dalam lebih dari tiga tahun, yang belum menghasilkan gencatan senjata.
Keesokan paginya setelah pembicaraan tersebut, sebuah drone Rusia menghantam minibus yang membawa warga sipil yang dievakuasi di wilayah timur Sumy. Otoritas setempat serangan ini menewaskan sembilan orang dan melukai lima lainnya. Demikian seperti dilansir CNA.
"Kemarin, seperti pada hari-hari lainnya selama perang ini, ada kesempatan untuk menghentikan tembakan," tulis Zelenskyy di media sosial setelah serangan itu, menambahkan, "Rusia hanya menyisakan kesempatan untuk terus membunuh."
Zelenskyy kembali menyerukan kepada sekutu-sekutu Ukraina untuk memperkuat sanksi terhadap Moskow.
"Tanpa sanksi yang lebih keras, tanpa tekanan yang lebih kuat terhadap Rusia, tidak akan ada diplomasi yang nyata di sana," kata presiden Ukraina itu.
Tatap Muka Rusia-Ukraina Pertama Sejak 2022
Pembicaraan langsung pertama antara Ukraina dan Rusia sejak musim semi 2022 – tidak lama setelah invasi skala penuh Moskow pada Februari tahun itu – berlangsung di Istanbul, Turki, dan menghasilkan satu kesepakatan konkret: pertukaran 1.000 tawanan perang dari masing-masing pihak.
Negosiator utama Ukraina, Menteri Pertahanan Rustem Umerov, mengatakan bahwa "langkah selanjutnya" adalah pertemuan antara Zelenskyy dan Putin.
Rusia menyatakan bahwa pihaknya mencatat permintaan tersebut.
"Kami menganggap hal itu mungkin, namun hanya sebagai hasil dari proses kerja dan setelah tercapainya hasil-hasil tertentu dalam bentuk kesepakatan antara kedua belah pihak," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.
Pertukaran 1.000 Tawanan Adalah Prioritas
Negosiator utama Rusia, Vladimir Medinsky, menyatakan bahwa Moskow dan Kyiv akan mempersembahkan visi mereka masing-masing tentang kemungkinan gencatan senjata di masa depan. Namun, dia tidak menyebutkan kapan hal itu akan dilakukan.
Kremlin menegaskan bahwa pertukaran tawanan perang harus menjadi prioritas yang diselesaikan terlebih dahulu. Selain itu, kedua pihak juga perlu menyampaikan visi mereka masing-masing mengenai gencatan senjata sebelum putaran pembicaraan selanjutnya dapat dijadwalkan.
"Untuk saat ini, kita perlu melaksanakan apa yang disepakati delegasi kemarin di Turki," ujar Peskov.
Dia menambahkan, "Ini tentu saja berarti yang pertama dan terutama adalah menyelesaikan pertukaran 1.000 lawan 1.000."
Sementara itu, Kepala Intelijen Militer Ukraina Kirillo Budanov menyampaikan kepada stasiun televisi TSN bahwa dia berharap pertukaran tersebut akan terlaksana pada pekan depan dan dia tidak melihat adanya hambatan untuk pelaksanaannya.