Indonesia Unjuk Keberagaman Budaya di Festival Toleransi & Koeksistensi di Umm Al Emarat Park Abu Dhabi

16 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Abu Dhabi menampilkan pertunjukan kolosal seni budaya Indonesia pada National Festival of Tolerance & Coexistence 2025 yang berlangsung pada 14 s.d 16 November 2025 di Umm Al Emarat Park, Abu Dhabi. Festival ini resmi dibuka pada 14 November 2025 oleh Menteri Toleransi dan Koeksistensi Uni Emirat Arab, Sheikh Nahyan bin Mubarak Al Nahyan. 

Festival ini mengusung tema besar “Hand in Hand”, sejalan dengan semangat Year of Community yang dicanangkan oleh Pemerintah Persatuan Emirat Arab (PEA). Hal ini sebagai momentum untuk memperkuat keberagaman, kebersamaan, dan harmoni antarkomunitas di seluruh negeri.  Festival ini menghadirkan berbagai pertunjukan budaya, pameran interaktif, serta partisipasi puluhan lembaga pemerintah PEA dan perwakilan diplomatik negara sahabat.

Sebagai bagian dari festival, Indonesia juga menghadirkan Booth Indonesia yang menampilkan alat musik tradisional, beragam wastra Nusantara seperti batik dan tenun, kerajinan tangan, promosi destinasi wisata Indonesia (Wonderful Indonesia), serta materi promosi investasi dari Indonesia Investment Promotion Center (IIPC).

Booth Indonesia Paling Ramai Dikunjungi

Booth ini menjadi salah satu area yang paling ramai dikunjungi karena memberikan pengalaman langsung kepada pengunjung yang ingin mengenal seni, budaya, pariwisata dan peluang ekonomi Indonesia. Festival ini juga diikuti oleh puluhan booth dari berbagai instansi PEA seperti Muslim Council of Elders, Kepolisian PEA, Badan Statistika PEA, RS Burjeel, serta sejumlah kedutaan asing lainnya seperti Palestina, RRT, Timor Leste, Thailand, Filipina, Jerman, Iran, Maldives, Nepal, Uzbekistan, Kazakhstan, Zimbabwe, Guinea, Paraguay, Guatemala dan lainnya.

Hal tersebut menjadikan festival ini sebagai pertemuan budaya dan diplomasi publik berskala besar. Pada 15 November 2025, Indonesia mendapat kesempatan tampil pada prime time, yaitu pukul 18.30 hingga 20.00, pada acara besar yang dimulai sejak pukul 17.00. Dalam durasi 90 menit tersebut, Indonesia menampilkan enam kelompok seni dan delapan jenis pertunjukan yang menggambarkan keberagaman budaya Nusantara.

Ribuan penonton memadati area pertunjukan, terdiri dari WNI serta warga dari berbagai negara termasuk PEA, India, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Pakistan, Nepal, Paraguay, Palestina, Lebanon, Kazakhstan, Uzbekistan, Zimbabwe, dan banyak negara lain. Antusiasme mereka memperlihatkan tingginya apresiasi masyarakat internasional terhadap seni budaya Indonesia. Pertunjukan Indonesia dibuka dengan Gamelan Abu Dhabi yang membawakan empat komposisi klasik: Lancaran Umbul-Umbul, Budhalan Wadyabala, Ladrang Gati Padasih, dan Lancaran Gugur Gunung. Gamelan, yang telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda, menghadirkan suasana harmoni dan kedalaman tradisi Jawa.

Penampilan dilanjutkan dengan Tari Yapong oleh Sekar Gendis Dance Team dan Tari Lancang Kuning oleh Adya Dipta, yang menampilkan dinamika budaya Betawi dan Melayu Riau.

Pencak Silat Penampilan Memukau

Segmen atraksi Pencak Silat menjadi salah satu penampilan paling memukau. Tujuh pesilat dari Indonesia dan PEA menampilkan jurus tunggal, teknik tangan kosong, jurus kipas, golok, toya, kerambit, Silat Harimau, hingga simulasi pertarungan satu lawan satu dan satu lawan tiga. Penampilan ini tidak hanya memukau secara visual, tetapi juga mencerminkan pesatnya perkembangan seni bela diri Indonesia di PEA.

Setelah itu, Sekar Gendis menampilkan Tari Kipas yang anggun, sebelum dilanjutkan dengan tari klasik Bali “Legong Condong Keraton” oleh siswi SMP, Ni Komang Nara Parimita, yang memainkan gerakan halus dan presisi khas tari Bali tradisional. Angklung Abu Dhabi kemudian tampil membawakan tiga lagu lintas budaya—Manuk Dadali, Tamali Ma'ak, dan If I Ain’t Got You— yang menciptakan harmoni antara budaya Indonesia, Arab, dan internasional.

Medley Tarian Nusantara oleh Adya Dipta menjadi penampilan menjelang akhir acara, menampilkan tujuh tarian dan musik daerah: Sigulempong (Batak Tapanuli), Kicir-kicir (Betawi), Gethuk (Yogya), Kota Baru Gunungnya Bamega (Banjarmasin), Sipatokaan (Minahasa Manado), Janger (Bali), dan Manuk Dadali (Sunda). Keragaman ini menggambarkan semangat Bhinneka Tunggal Ika yang mempersatukan berbagai budaya Indonesia. Pada sesi penutupan, suasana memuncak saat musik Tabolabale dan Pacu Jalur dimainkan oleh tim Adya Dipta.

Dalam momen yang penuh kehangatan tersebut, Duta Besar Judha Nugraha ikut turun ke depan panggung dan bergabung dalam mass dance bersama puluhan WNI dan penonton dari berbagai negara. Kehadiran Dubes Judha yang menari bersama masyarakat menciptakan suasana paling meriah sepanjang malam, membuat penampilan Indonesia menjadi salah satu yang paling berkesan di festival tahun ini. Banyak penonton ikut bergabung, sementara yang lain mengabadikan momen tersebut melalui video dan foto. Penampilan Indonesia kemudian ditutup dengan sesi foto bersama antara para penampil, tim pendukung, dan Dubes Judha Nugraha, sebagai simbol apresiasi dan kebanggaan atas dedikasi seluruh komunitas seni Indonesia di PEA.

Dubes Judha Nugraha menyampaikan apresiasi yang mendalam terhadap penyelenggaraan festival ini dan antusiasme masyarakat Abu Dhabi. “Indonesia bangga dapat berkontribusi dalam National Festival of Tolerance & Coexistence. Acara ini bukan hanya merayakan keberagaman budaya, tetapi juga memperkuat pesan universal mengenai toleransi dan hidup berdampingan secara damai. Kami berharap seni budaya Indonesia dapat semakin dikenal dan dicintai masyarakat internasional,” ujarnya.  

Ia menambahkan bahwa nilai-nilai yang ditampilkan dalam seluruh pertunjukan mencerminkan karakter bangsa Indonesia yang menjunjung harmoni. “Prinsip Bhinneka Tunggal Ika—kesatuan dalam keberagaman—adalah spirit yang ingin terus kami bawa bersama masyarakat UEA dan dunia.” Panitia dari Kementerian Toleransi dan Koexistensi PEA juga menyampaikan apresiasinya atas penampilan tim Indonesia yang meriah dan memukau. Partisipasi Indonesia dalam festival ini kembali menegaskan peran budaya sebagai jembatan diplomasi, memperkuat persahabatan Indonesia–PEA, serta menghadirkan citra positif Indonesia di mata masyarakat internasional.

Read Entire Article