Afrika Selatan Izinkan 153 Warga Palestina Turun dari Pesawat Setelah 12 Jam Tertahan

1 day ago 5

Liputan6.com, Cape Town - Afrika Selatan akhirnya mengizinkan lebih dari 150 penumpang asal Palestina turun dari pesawat, setelah mereka tertahan hampir 12 jam di dalam kabin oleh otoritas perbatasan negara tersebut.

Keputusan itu diambil Kamis malam, setelah sebuah organisasi kemanusiaan lokal bersedia menjamin penyediaan tempat tinggal bagi para penumpang selama berada di Afrika Selatan, dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (15/11/2025).

Pesawat carteran yang membawa 153 warga Palestina itu mendarat sekitar pukul 08.00 waktu setempat di Bandara Internasional OR Tambo, Johannesburg. Namun, mereka diminta tetap berada di dalam pesawat karena tidak memiliki stempel keberangkatan dari Israel pada paspor masing-masing.

Otoritas Manajemen Perbatasan Afrika Selatan (BMA) menjelaskan bahwa para penumpang akhirnya diproses sesuai prosedur perjalanan bebas visa 90 hari yang berlaku bagi warga Palestina, dan kemudian diperbolehkan memasuki negara tersebut.

Menurut kantor berita AFP, pesawat tersebut dioperasikan oleh maskapai Global Airways dan sempat transit di Nairobi, Kenya.

Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengatakan pihaknya akan menyelidiki asal-usul penerbangan itu serta alasan para penumpang tiba tanpa dokumen lengkap. Ia menyebut kelompok tersebut diterima “atas dasar belas kasihan”, namun menduga mereka “diusir” dari Gaza.

Kabar bahwa para penumpang Palestina harus menunggu berjam-jam di landasan memicu reaksi keras publik Afrika Selatan, yang selama ini dikenal sebagai pendukung kuat perjuangan rakyat Palestina.

Armada kapal aktivis internasional Global Sumud Flotilla yang membawa bantuan simbolis ke Gaza kembali dihentikan militer Israel. Hingga Rabu malam, sedikitnya 19 dari 43 kapal telah diintersep angkatan laut Israel

Masalah Stempel Keberangkatan

BMA menyatakan para penumpang awalnya ditolak masuk karena tidak memiliki stempel keberangkatan, tidak dapat menjelaskan rencana tinggal mereka, serta tidak menyatakan keinginan untuk mengajukan suaka. Namun keputusan berubah setelah organisasi kemanusiaan Gift of the Givers menjamin akomodasi bagi mereka.

Sebanyak 130 warga Palestina kemudian resmi masuk ke Afrika Selatan, sementara 23 lainnya melanjutkan perjalanan ke negara tujuan lain.

Koresponden Al Jazeera, Fahmida Miller, melaporkan bahwa sebagian penumpang tidak tahu ke mana mereka akan dibawa setelah meninggalkan Israel, dan banyak yang diperkirakan akan mengajukan suaka.

Pendiri Gift of the Givers, Imtiaz Sooliman, mengatakan bahwa pihaknya tidak mengetahui siapa penyewa pesawat tersebut. Ia juga mengungkap bahwa pesawat pertama yang membawa 176 warga Palestina telah tiba di Johannesburg pada 28 Oktober.

Berdasarkan informasi yang diterimanya dari para penumpang, Sooliman menilai Israel memindahkan warga Gaza dengan pesawat carteran tanpa memberikan cap paspor, sehingga mempersulit mereka ketika memasuki negara lain.

“Israel sengaja tidak memberikan stempel untuk menambah penderitaan mereka di negara asing,” ujarnya.

Read Entire Article