260 Warga Negara Asing Diselamatkan dari Pusat Penipuan Online Myanmar

3 weeks ago 27

Liputan6.com, Bangkok - Tentara Thailand mengumumkan pada Kamis (13/2/2025), mereka sedang mengoordinasikan upaya untuk memulangkan sekitar 260 orang yang diyakini menjadi korban perdagangan manusia. Para korban tersebut telah diselamatkan dan dipindahkan dari Myanmar ke Thailand dalam upaya terbaru menangani pusat-pusat penipuan yang beroperasi di Asia Tenggara.

Myanmar, Kamboja, dan Laos, yang berbatasan dengan Thailand, dikenal sebagai tempat perlindungan bagi sindikat kriminal. Sindikat-sindikat ini diduga telah memaksa ratusan ribu orang dari Asia Tenggara dan negara lain untuk terlibat dalam penipuan online, seperti skema romansa palsu, investasi bodong, dan perjudian ilegal.

Penipuan-penipuan semacam ini telah menguras puluhan miliar dolar dari korban di seluruh dunia, menurut para ahli PBB, sementara orang-orang yang direkrut untuk menjalankannya sering kali tertipu untuk mengambil pekerjaan tersebut dengan janji palsu dan terjebak dalam perbudakan virtual.

Tindakan untuk menanggulangi pusat penipuan di Myanmar dimulai pada akhir 2023 setelah China menyatakan kekhawatiran atas kasino ilegal dan penipuan di Negara Bagian Shan yang berbatasan dengan China. Kelompok gerilyawan etnis yang memiliki hubungan dekat dengan China menutup banyak operasi dan sekitar 45.000 warga negara China yang diduga terlibat dipulangkan.

Tentara Thailand, seperti dikutip dari AP, Sabtu (15/2), mengatakan bahwa orang-orang yang diselamatkan dalam operasi terbaru ini berasal dari 20 negara — dengan jumlah signifikan dari Ethiopia, Kenya, Filipina, Malaysia, Pakistan, dan China. Ada juga warga negara Indonesia, Nepal, Taiwan, Uganda, Laos, Brasil, Burundi, Tanzania, Bangladesh, Kamboja, Sri Lanka, Nigeria, Ghana, dan India. Mereka dikirim melintasi perbatasan dari Distrik Myawaddy di Myanmar ke Provinsi Tak di Thailand pada Rabu (12/2).

Laporan media Thailand menyebutkan bahwa milisi etnis Myanmar yang menguasai daerah tempat mereka ditahan, yaitu Tentara Karen Demokratik Benevolent, bertanggung jawab membebaskan para pekerja tersebut dan membawa mereka ke perbatasan. Pemerintah militer Myanmar memiliki sedikit kendali atas daerah-daerah perbatasan tempat etnis minoritas mendominasi.

Beberapa milisi etnis diyakini terlibat dalam kegiatan kriminal, termasuk perdagangan narkoba dan melindungi pusat panggilan operasi penipuan.

Pernyataan tentara Thailand menyebutkan pula bahwa orang-orang yang diselamatkan akan menjalani interogasi dan jika mereka dipastikan sebagai korban perdagangan manusia, mereka akan memasuki proses perlindungan sambil menunggu dipulangkan ke negara asal mereka.

Wakil Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai, yang juga menteri pertahanan, menuturkan pada Rabu bahwa mungkin masih banyak pekerja penipuan yang menunggu untuk dipulangkan dari Myanmar melalui Thailand, namun Thailand hanya akan menerima mereka yang sudah siap untuk dibawa pulang oleh negara asal mereka.

"Saya sudah menjelaskan bahwa Thailand tidak akan mendirikan lagi tempat penampungan," katanya kepada wartawan saat berkunjung ke Provinsi Sa Kaeo, yang berbatasan dengan Kamboja.

Thailand memiliki sembilan kamp pengungsi di sepanjang perbatasan yang menampung lebih dari 100.000 orang, sebagian besar dari etnis Karen Myanmar.

Phumtham menambahkan bahwa Thailand juga perlu melakukan interogasi terhadap mereka sebelum mengirim mereka kembali. Pertama untuk memastikan bahwa mereka adalah korban perdagangan manusia dan kemudian untuk mendapatkan informasi yang akan membantu polisi menyelidiki masalah perdagangan manusia dan penipuan.

Read Entire Article
Opini Umum | Inspirasi Hidup | Global |