Liputan6.com, Moskow - Pemimpin Rusia dan China pada Senin (27/1/2025) mengucapkan selamat kepada Alexander Lukashenko atas kemenangannya dalam pilpres Belarus yang memberikannya masa jabatan ketujuh.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa hasil pilpres pada Minggu (26/1) menunjukkan dukungan "tak terbantahkan" dari rakyat terhadap Lukashenko.
Hasil resmi menunjukkan bahwa diktator berusia 70 tahun itu memenangkan lebih dari 86 persen suara. Namun, kemenangan Lukashenko mengundang kecaman dari Barat, setelah dia memenjarakan atau mengasingkan semua lawan politik utamanya selama tiga dekade kekuasaannya.
Pemimpin Belarus ini telah memenangkan setiap pilpres sejak tahun 1994, yang menurut oposisi dan kelompok hak asasi manusia direkayasa.
"Kemenangan Anda yang meyakinkan dalam pilpres menunjukkan pengaruh besar Anda dan dukungan rakyat terhadap kebijakan Belarus," kata Putin, menurut pernyataan, Kremlin, yang dikutip dari Al Arabiya, Selasa (28/1).
"Anda selalu menjadi tamu yang disambut dan dihargai di tanah Rusia. Sesuai kesepakatan, saya menantikan untuk segera bertemu Anda di Moskow."
Respons Oposisi dan Barat
Presiden China Xi Jinping juga mengirimkan pesan ucapan selamat kepada Lukashenko.
China dan Belarus semakin dekat dalam beberapa tahun terakhir, di mana Belarus – yang berada di bawah sanksi Barat – mengalihkan perhatian ke Timur untuk mendapatkan investasi asing.
"Kepercayaan politik timbal balik antara kedua belah pihak terus diperkuat, kerja sama dalam Belt and Road Initiative telah memberikan hasil yang bermanfaat, dan koordinasi multilateral berjalan dengan efektif," tutur Xi Jinping seperti dikutip dari situs pemerintah China.
Xi Jinping menambahkan dia sangat menghargai pengembangan hubungan Tiongkok-Belarus dan berharap dapat bekerja sama dengan Lukashenko untuk melanjutkan persahabatan tradisional antara kedua negara. Dia juga ingin memperdalam kerja sama yang saling menguntungkan, guna mendorong perkembangan hubungan China-Belarus yang lebih kuat dan memberikan manfaat lebih bagi kedua bangsa.
Pemimpin oposisi Belarus yang kini berada di pengasingan, Svetlana Tikhanovskaya, menyebut ppilpres sebagai sebuah lelucon, sementara Uni Eropa menyebutnya sebagai sebuah tipu daya.
Lukashenko, sekutu dekat Putin, telah melakukan tindakan keras terhadap para lawannya sejak terjadinya protes besar-besaran pada tahun 2020.
Kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa negara tersebut telah memenjarakan lebih dari 1.200 tahanan politik – dengan sekitar 300 di antaranya dibebaskan dalam amnesti sebelum pilpres.
Kali ini, para kandidat yang dipilih untuk melawannya bahkan berkampanye mendukungnya, sementara Lukashenko tidak ambil bagian dalam debat dan mengatakan dia tidak benar-benar mengikuti kampanye pilpres.