Liputan6.com, Warsawa - Presiden Andrzej Duda kembali menyerukan agar Amerika Serikat (AS) menempatkan senjata nuklirnya di wilayah Polandia. Dia mengatakan hal ini akan membuat Polandia lebih kuat dan aman, terutama dalam menghadapi Rusia.
Dari perspektif Polandia, Rusia di bawah Presiden Vladimir Putin adalah ancaman yang nyata dan mendesak.
Duda, yang juga merupakan panglima tertinggi angkatan bersenjata Polandia yang sedang berkembang pesat, menyatakan bahwa Rusia saat ini setidaknya sama agresifnya dengan Uni Soviet dahulu. Dia mengutuk apa yang disebutnya sebagai keserakahan imperialis.
Penempatan senjata nuklir AS di Polandia kemungkinan akan dipandang oleh Presiden Putin sebagai provokasi. Namun, Presiden Duda menganggap proposal ini sebagai langkah defensif untuk memperkuat pencegahan.
Dia mengatakan ini adalah respons terhadap keputusan Presiden Putin pada 2023 untuk menempatkan senjata nuklir taktis Rusia di Belarus, yang berbatasan dengan Polandia dan Ukraina.
"Itu adalah Rusia yang sama yang hari ini menyerang Ukraina, yang bertindak sebagai agresor, membunuh warga sipil, dan membombardir permukiman sipil," kata Duda kepada BBC. "Mereka bahkan memindahkan senjata nuklir mereka dari pedalaman Rusia ke Belarus."
"Taktik defensif ini adalah respons penting terhadap perilaku Rusia, dengan memindahkan senjata nuklir ke wilayah NATO. Polandia siap menjadi tuan rumah senjata nuklir ini."
Presiden Duda juga menyambut baik proposal Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk memperluas payung nuklir Prancis ke negara-negara NATO lainnya.
Ketika ditanya bagaimana kehadiran senjata nuklir akan membuat Polandia lebih aman, Duda mengatakan hal ini akan memperdalam komitmen AS terhadap keamanan Polandia.
"Setiap jenis infrastruktur strategis, infrastruktur AS dan NATO, yang kami miliki di tanah kami akan memperkuat kecenderungan AS dan NATO untuk mempertahankan wilayah ini," ujarnya.
Dukung Penyitaan Aset Rusia
Polandia menghabiskan hampir 5 persen dari pendapatan nasionalnya untuk pertahanan. Angka ini lebih tinggi daripada negara anggota NATO lainnya, termasuk AS.
Minggu lalu, dalam pidatonya di parlemen Perdana Menteri Polandia Donald Tusk memperingatkan bahwa "perubahan mendalam dalam geopolitik AS" telah menempatkan Polandia dan Ukraina dalam "situasi yang secara objektif lebih sulit".
PM Tusk menyerukan peningkatan lebih lanjut dalam belanja pertahanan Polandia dan mengusulkan agar Polandia mempertimbangkan untuk memanfaatkan "peluang terkait senjata nuklir."
Tusk berada di sayap kiri tengah, berbeda dengan Presiden Duda yang berada di sayap kanan dan menganggap dirinya sebagai teman Donald Trump.
Mengacu pada penolakan Presiden Putin pada Kamis (13/3) untuk segera menyetujui gencatan senjata 30 hari di Ukraina, Duda mengatakan dia yakin bahwa Trump memiliki rencana, seperti yang dia katakan, untuk mendorong pihak Rusia bertindak secara rasional.
Duda memilih untuk tidak mengkritik Trump atau mengakui bahwa tindakan dan pernyataannya telah menimbulkan keraguan terhadap komitmen AS terhadap Pasal 5, klausul pertahanan bersama dalam Perjanjian NATO. Namun, dia mendukung seruan agar Uni Eropa menyita aset Rusia senilai sekitar 200 miliar euro yang saat ini dibekukan di bank-bank Eropa.
"Sudah seharusnya aset Rusia yang dikumpulkan dan dibekukan di bank-bank Eropa Barat digunakan untuk mendukung Ukraina dan dukungan ini harus bersifat ganda. Pertama, untuk membantu Ukraina mempertahankan diri dari agresi Rusia. Kedua, untuk mendukung pembangunan kembali Ukraina," ungkap Duda.
"Saya tidak bisa membayangkan bahwa setelah menghancurkan Ukraina, Rusia bisa begitu saja mengambil kembali uang ini tanpa membayar reparasi perang dan kompensasi," imbuhnya.