Pemimpin Arab Serukan Stop Pertumpahan Darah di Gaza dan Blokade Bantuan Israel

2 weeks ago 23

Liputan6.com, Gaza - Para pemimpin Arab yang berkumpul dalam KTT di Baghdad pada Sabtu (17/5) mendesak komunitas internasional untuk mendorong gencatan senjata di Gaza, menyusul dilancarkannya operasi militer besar-besaran Israel di wilayah Palestina tersebut.

Dalam pernyataan akhir bersama, seperti diberitakan AFP yang dikutip Minggu (18/5/2025), anggota Liga Arab juga menyerukan pendanaan untuk mendukung rencana rekonstruksi Gaza, setelah Presiden AS Donald Trump mengulangi proposal pengambilalihan Jalur Gaza.

Para pemimpin Arab menyerukan "komunitas internasional... untuk meningkatkan tekanan guna menghentikan pertumpahan darah dan memastikan bantuan kemanusiaan darurat dapat masuk tanpa hambatan ke semua area yang membutuhkan di Gaza."

Mereka menegaskan "penolakan tegas" terhadap segala rencana pemindahan paksa warga Palestina.

Pernyataan ini muncul beberapa jam setelah militer Israel melancarkan operasi baru di Gaza, yang disebut sebagai bagian dari "perluasan pertempuran di Jalur Gaza" untuk menghancurkan kelompok militan Hamas.

Desakan Internasional

Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez, yang hadir sebagai tamu, mendesak peningkatan tekanan "untuk menghentikan pembantaian di Gaza".

Sementara Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi meminta rekannya Donald Trump untuk "mengupayakan segala cara... demi gencatan senjata".

Sekjen PBB Antonio Guterres menegaskan, "Kita butuh gencatan senjata permanen, sekarang juga."

Guterres mengaku "khawatir dengan rencana perluasan operasi darat Israel" dan mengecam "pengungsian paksa warga Gaza yang berulang".

"Kebijakan pengepungan dan kelaparan adalah pelecehan terhadap hukum internasional," tegasnya dalam konferensi pers.

Sanchez, yang kerap mengkritik serangan Israel, mendesak para pemimpin dunia untuk "memperbesar tekanan pada Israel agar menghentikan pembantaian di Gaza, khususnya melalui jalur hukum internasional."

Pemerintahnya berencana mengajukan resolusi PBB yang meminta Mahkamah Internasional meninjau metode perang Israel.

"Jumlah korban perang di Gaza yang tak dapat diterima telah melanggar prinsip kemanusiaan," ujarnya.

KTT Digelar Usai Kunjungan Donald Trump ke Negara Teluk

KTT ini digelar beberapa hari setelah kunjungan Trump ke Negara Teluk, di mana ia mengusulkan AS "mengambil alih Gaza" dan mengubahnya menjadi "Riviera Timur Tengah".

Rencana yang mencakup pemindahan warga Palestina itu ditolak luas, memicu para pemimpin Arab menyusun alternatif rekonstruksi Gaza dalam KTT Kairo bulan Maret.

Dalam kunjungannya, Trump bersikeras ingin AS "menguasai Gaza" sebagai "zona kebebasan".

Adapun PM Irak Mohammed Shia al-Sudani menyatakan dukungannya bagi pembentukan "dana Arab untuk rekonstruksi" pasca-krisis di kawasan, termasuk alokasi $20 juta untuk Gaza dan jumlah serupa untuk Lebanon pasca-perang dengan Hezbollah.

Irak, yang baru pulih dari konflik bertahun-tahun, menjadikan KTT ini sebagai momentum memproyeksikan stabilitas. KTT terakhir di Baghdad pada 2012 terjadi di tengah pecahnya perang saudara Suriah.

Sementara itu, pertemuan Trump dengan Presiden Sementara Suriah Ahmed al-Sharaa (mantan militan yang pernah dipenjara di Irak) dan rencana pencabutan sanksi AS terhadap Suriah turut menjadi sorotan.

Sharaa absen dari KTT setelah sejumlah politisi Irak menentang kedatangannya. Adapun Suriah diwakili Menteri Luar Negeri Asaad al-Shaibani, seperti banyak negara lain yang hanya mengirim delegasi tingkat menteri.

Read Entire Article