Liputan6.com, Tel Aviv - Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pada Selasa (17/12/2024) bahwa pasukan Israel akan tetap berada di zona penyangga di perbatasan Suriah, yang direbut setelah penggulingan Presiden Suriah Bashar al-Assad, hingga ada pengaturan baru yang "memastikan keamanan Israel".
Netanyahu menyampaikan pernyataan tersebut dari puncak Gunung Hermon — puncak tertinggi di daerah itu — yang terletak di dalam Suriah, sekitar 10 kilometer dari perbatasan dengan Dataran Tinggi Golan yang dikuasai Israel.
Diyakini ini adalah pertama kalinya seorang pemimpin Israel yang sedang menjabat menginjakkan kaki sejauh itu ke dalam Suriah. Netanyahu mengklaim dia pernah berada di puncak yang sama 53 tahun lalu sebagai tentara.
Israel merebut wilayah selatan Suriah di sepanjang perbatasan dengan Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi Israel beberapa hari setelah Assad digulingkan oleh pemberontak pekan lalu.
Penguasaan Israel atas zona penyangga memicu kecaman. Para kritikus menuduh Israel melanggar gencatan senjata 1974 dan memanfaatkan kekacauan di Suriah pasca-penggulingan Assad untuk merebut wilayah.
"Kami akan tetap berada di sini ... hingga ada pengaturan lain yang memastikan keamanan Israel," kata Netanyahu yang mengunjungi zona penyangga pada Selasa bersama Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, seperti dikutip dari AP, Rabu (18/12).
Katz mengatakan dia telah memerintahkan militer Israel untuk segera membangun keberadaan militer di area tersebut, termasuk benteng, sebagai persiapan untuk kemungkinan tinggal lebih lama.
"Puncak Hermon adalah mata negara Israel untuk mengidentifikasi musuh kami yang dekat maupun yang jauh," ujarnya.
Respons PBB
Seorang pejabat militer Israel, yang berbicara tanpa menyebutkan nama sesuai dengan peraturan militer, menuturkan tidak ada rencana untuk mengevakuasi warga Suriah yang tinggal di desa-desa dalam zona penyangga.
Zona penyangga antara Suriah dan Dataran Tinggi Golan yang dikuasai Israel dibentuk oleh PBB setelah Perang Timur Tengah 1973. Pasukan PBB yang terdiri dari sekitar 1.100 tentara telah melakukan patroli di area tersebut sejak saat itu.
"Kesepakatan itu harus dihormati dan pendudukan tetaplah pendudukan, apakah itu berlangsung selama seminggu, sebulan, atau setahun, itu tetaplah pendudukan," tegas juru bicara PBB Stephane Dujarric.
Belum ada komentar langsung dari Hayat Tahrir al-Sham (HTS), kelompok pemberontak yang memimpin penggulingan Assad atau dari negara-negara Arab terkait pernyataan terbaru Israel.
Israel masih menguasai Dataran Tinggi Golan, yang direbut dari Suriah selama Perang Timur Tengah 1967 dan kemudian dianeksasi — langkah yang tidak diakui oleh sebagian besar komunitas internasional. Puncak Gunung Hermon terbagi antara Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi oleh Israel, Lebanon, dan Suriah. Hanya Amerika Serikat (AS) yang mengakui kontrol Israel atas Dataran Tinggi Golan.
Barat Jalin Komunikasi dengan Pemberontak Suriah
Dengan Assad yang telah digulingkan, seorang pejabat tinggi PBB mengatakan pada Selasa bahwa pemimpin-pemimpin militan yang telah mengambil alih Suriah berkomitmen menaikkan secara signifikan dukungan kemanusiaan yang vital bagi jutaan orang yang sangat membutuhkan makanan dan bantuan lainnya.
Pemimpin kelompok pemberontak HTS — Ahmad al-Sharaa, yang sebelumnya dikenal sebagai Mohammed al-Golani atau Mohammed al-Jawlani atau Mohammed al-Julani — dan perdana menteri sementara negara tersebut, Mohammed al-Bashir, berjanji mendukung pergerakan bantuan dari Turki, Lebanon, Yordania, dan negara-negara tetangga lainnya selama operasi kemanusiaan diperlukan. Hal ini diungkapkan Tom Fletcher, yang memimpin Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) kepada anggota Dewan Keamanan PBB dari Damaskus melalui sambungan video.
Pada Selasa, Jerman mengungkapkan bahwa diplomat mereka telah bertemu dengan pemimpin pemberontak Suriah untuk membahas transisi politik, dengan fokus pada perlindungan hak-hak minoritas dan perempuan.
Pejabat Jerman yang mengamati hubungan antara kelompok pemberontak dan al-Qaeda menyatakan mereka akan menilai kelompok tersebut dan pemerintah baru berdasarkan tindakannya. Sebelumnya, AS juga mengungkapkan bahwa pejabatnya telah melakukan kontak langsung dengan HTS, kelompok yang telah lama mereka masukkan daftar teroris.
Pada hari yang sama, Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS dan dipimpin oleh Kurdi mengusulkan agar kota Kobani, yang mayoritas penduduknya Kurdi, di Suriah utara menjadi zona demiliterisasi. Mereka juga mengusulkan adanya "redistribusi pasukan keamanan di bawah pengawasan dan kehadiran AS".
Turki, yang mendukung pemberontak yang menggulingkan Assad, juga terlibat dalam pertempuran melawan milisi Kurdi Suriah, yang dianggapnya sebagai kelompok teroris yang bersekutu dengan pemberontak Kurdi di dalam perbatasannya.
Pasukan Kurdi Suriah merupakan sekutu utama AS dalam perlawanan terhadap kelompok ekstremis ISIS.