Liputan6.com, Ottawa - Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menghadapi ancaman besar setelah pemimpin Partai Demokrat Baru (NDP), Jagmeet Singh, mengumumkan rencana untuk mengajukan mosi tidak percaya terhadap pemerintahan minoritas Partai Liberal.
Langkah ini, yang dijadwalkan berlangsung setelah sidang Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dibuka kembali pada 27 Januari, dapat mengakhiri sembilan tahun kepemimpinan Trudeau dan mendorong digelarnya pemilihan umum.
Singh menyatakan bahwa mosi tidak percaya ini didorong oleh kekecewaan terhadap kebijakan Trudeau, yang menurutnya terlalu berpihak pada kepentingan bisnis besar dan gagal memenuhi harapan rakyat Kanada.
"Tidak peduli siapa yang memimpin Partai Liberal, waktu pemerintahan ini sudah habis. Kami akan mengajukan mosi tidak percaya yang jelas dalam sidang DPR berikutnya," kata Singh, seperti dilansir VOA Indonesia, Minggu (22/12/2024).
Langkah ini mendapat dukungan penuh dari Bloc Quebecois, salah satu partai oposisi terbesar di Kanada. Dengan dukungan ini, peluang Trudeau untuk bertahan sebagai perdana menteri semakin tipis.
Pemimpin Partai Konservatif, Pierre Poilievre, juga mendesak Gubernur Jenderal Mary Simon untuk memanggil Parlemen lebih awal guna mengeluarkan mosi tidak percaya sebelum tahun ini berakhir, meskipun para ahli konstitusi menilai hal tersebut tidak mungkin terjadi.
Tekanan Politik dan Krisis Internal
Krisis kepercayaan terhadap Trudeau semakin memuncak setelah pengunduran diri mengejutkan Menteri Keuangan Chrystia Freeland pada minggu ini. Pengunduran diri tersebut diikuti dengan perombakan kabinet yang dilakukan Trudeau dalam suasana penuh tekanan.
Namun, alih-alih menenangkan situasi, Trudeau memilih bungkam, bahkan membatalkan tradisi wawancara akhir tahun yang biasanya ia lakukan.
Langkah Singh untuk mengajukan mosi tidak percaya ini juga menjadi risiko besar bagi NDP. Sejumlah jajak pendapat menunjukkan bahwa tidak hanya Partai Liberal yang diperkirakan kalah dalam pemilihan umum mendatang, tetapi Partai Demokrat Baru juga akan mengalami penurunan suara.
Di tengah tekanan untuk mundur, Trudeau dilaporkan berencana mengambil liburan Natal untuk mempertimbangkan masa depannya.
Jika ia memutuskan mundur, Partai Liberal akan menghadapi tantangan berat karena proses pemilihan pemimpin baru memerlukan waktu berbulan-bulan. Hal ini berpotensi memaksa Partai Liberal untuk bertarung dalam pemilu dengan pemimpin sementara, situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di Kanada.