Liputan6.com, Jakarta - Fenomena bulan purnama terakhir pada 2024 yang dikenal sebagai Cold Moon atau Bulan Dingin akan menghiasi langit pada 15 Desember 2024. Fenomena ini menjadi bulan purnama terakhir di penghujung tahun, seolah menutup kalender astronomi 2024 dengan penuh keindahan.
Di langit malam, bulan akan tampak berdiam di rasi Taurus, salah satu rasi bintang yang paling mudah dikenali. Di sekelilingnya, beberapa bintang terang akan ikut bersinar, seperti Aldebaran, bintang raksasa merah yang merupakan "mata banteng" dalam rasi Taurus, serta gugus bintang Pleiades, yang sering disebut Tujuh Saudari.
Jupiter, planet terbesar dalam tata surya, juga akan tampak sangat dekat satu sama lain. Di Indonesia, fenomena ini mencapai puncaknya pada pukul 02:42 WIB.
Namun, keindahan Bulan dan Jupiter dapat mulai disaksikan sejak pukul 18:15 WIB di langit timur, dan mereka akan terus bergerak hingga akhirnya terbenam di ufuk barat sekitar pukul 04:20 WIB.
Bagi para pecinta langit malam, momen ini akan menjadi waktu yang sempurna untuk mengamati keindahan kosmik, baik dengan mata telanjang maupun dengan bantuan teleskop. Nama Cold Moon atau Bulan Dingin bukanlah tanpa makna.
Melansir laman Live Science pada Selasa (10/12/2024), penamaan ini berasal dari tradisi suku-suku asli Amerika, khususnya suku Algonquian. Mereka menjadikan bulan sebagai penanda perubahan musim.
Bagi mereka Desember adalah masa yang sulit, ketika suhu menurun drastis, salju menutupi tanah, dan malam terasa lebih panjang. Cahaya Bulan yang terang di langit malam sering tampak sedingin es saat memantul pada permukaan tanah yang membeku.
Tidak heran jika bulan ini disebut sebagai Cold Moon, melambangkan kesejukan yang datang bersama musim dingin.Di berbagai budaya lain, bulan purnama Desember juga memiliki banyak nama lain yang kaya makna.
Di Eropa, bulan purnama ini disebut sebagai Moon Before Yule, penanda mendekatnya perayaan Yule, sebuah festival tradisional untuk memperingati titik balik matahari musim dingin. Malam yang panjang dan gelap juga memberi inspirasi nama Full Long Night's Moon, karena pada waktu itu, malam mencapai durasi terpanjang dalam setahun.
Dalam tradisi paganisme, jika purnama jatuh tepat pada titik balik matahari musim dingin, bulan ini disebut sebagai Mourning Moon atau Bulan Berkabung. Hal ini sebuah simbol masa pembersihan dan refleksi diri.
Di belahan Amerika lainnya, suku Wishram menyebutnya sebagai Winter House Moon. Nama ini mencerminkan kebiasaan orang-orang yang berdiam diri di dalam rumah bersama keluarga dan orang-orang tercinta untuk menghangatkan diri dari musim dingin yang menggigit.
Nama-nama lain seperti Frost Exploding Trees Moon, Drift Clearing Moon, Hoar Frost Moon, dan Snow Moon juga menggambarkan kondisi alam yang membeku dan pemandangan musim dingin yang khas di bulan Desember. Bagi masyarakat yang hidup dekat dengan alam, Bulan Purnama di bulan Desember bukan sekadar fenomena astronomi, melainkan simbol yang penuh makna.
Cahaya Bulan yang dingin dan terang seolah menjadi teman di tengah malam yang panjang dan sunyi. Di saat itulah, manusia diajak untuk merefleksikan diri dan mempersiapkan hati menghadapi musim baru yang akan datang.
Selain keindahan Bulan Purnama, konjungsi bulan dengan Jupiter pada malam tersebut akan menjadi daya tarik tersendiri. Konjungsi adalah momen ketika dua objek langit terlihat sangat dekat satu sama lain dari perspektif bumi.
Jupiter akan tampak bersinar dengan cahaya kekuningan cerah, yang akan mudah dikenali di samping bulan. Jika cuaca cerah, pemandangan ini akan dapat dinikmati tanpa perlu alat bantu khusus.
(Tifani)