Liputan6.com, Jakarta - Mantan Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, menyampaikan pandangannya yang mendalam dalam acara Conference on Indonesian Foreign Policy (CIFP) 2024, menekankan peran strategis Indonesia sebagai bagian dari solusi berbagai tantangan global.
Dalam forum tersebut, Marty mengajak semua pihak untuk tidak hanya menggambarkan tantangan dunia, tetapi juga berkontribusi secara aktif dengan menawarkan solusi konkret.
Marty kemudian mengapresiasi langkah awal pemerintahan Presiden RI Prabowo Subianto yang dinilai telah menunjukkan komitmen kehadiran Indonesia di forum-forum global.
"Paling tidak, Indonesia terlihat hadir di berbagai agenda penting internasional. Namun, kita harus menilai keberhasilan diplomasi bukan dari jumlah pertemuan yang dihadiri, melainkan dari dampaknya," ujar Marty dalam konferensi CIFP 2024 yang diselenggarakan oleh FPCI di The Kasablanka, Jumat (30/11/2024).
Ia lantas menekankan pentingnya menunggu hasil nyata dari kebijakan luar negeri Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo.
"Masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan. Namun, kehadiran awal Indonesia memberikan sinyal positif tentang keseriusan kita di kancah internasional," tambahnya.
Marty menjelaskan bahwa dunia menghadapi tantangan geopolitik yang semakin kompleks. Konflik, rivalitas geopolitik, dan ancaman keamanan non-tradisional menjadi isu utama yang harus dihadapi Indonesia.
Menurut Marty, tantangan tradisional seperti perang kembali menjadi ancaman nyata, dengan contoh konflik Rusia-Ukraina dan ketegangan di Timur Tengah. Di kawasan Indo-Pasifik, potensi konflik di Laut China Selatan juga menjadi perhatian serius. Rivalitas AS-Tiongkok dengan eskalasi ekonomi dan politik, menurutnya, turut memperburuk situasi.
Perubahan Iklim Ancam Manusia hingga Dorong Indonesia Lebih Proaktif
Pada kesempatan tersebut, Marty turut menyoroti isu perubahan iklim sebagai ancaman eksistensial bagi umat manusia.
"Dampak perubahan iklim sangat nyata, terutama pada ketahanan pangan. Konflik global juga memengaruhi pasokan pangan, seperti yang kita lihat dari perang di Ukraina dan Rusia," katanya.
Lebih jauh, teknologi seperti kecerdasan buatan, komputasi kuantum, dan bioteknologi menjadi tantangan baru. Namun, Marty mengingatkan bahwa Indonesia masih menghadapi masalah mendasar seperti kemiskinan dan kelaparan, yang harus diatasi agar dapat bersaing di era teknologi tinggi.
Sebagai negara yang secara geografis strategis, Indonesia memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas dan perdamaian di Indo-Pasifik.
Marty juga mendorong diplomasi Indonesia untuk lebih proaktif, tidak hanya sebagai pengamat, tetapi juga sebagai pemain utama dalam menciptakan solusi untuk kawasan.
"Indonesia harus mampu menjadi mediator dan penjaga perdamaian, terutama di tengah rivalitas kekuatan besar yang memengaruhi kawasan kita," tegasnya.
Ajak Masyarakat Jadi Solusi bagi Tantangan Global
Marty mengingatkan bahwa tidak ada "autopilot" dalam kebijakan luar negeri. Setiap rencana dan prioritas harus diimplementasikan secara realistis sesuai dengan kondisi dunia.
"Kita harus menerjemahkan prioritas nasional ke dalam realitas global. Tantangannya adalah bagaimana memastikan kebijakan kita relevan dan berdampak," ujarnya.
Mengakhiri pandangannya, Marty menekankan pentingnya peran semua elemen bangsa, termasuk generasi muda, dalam menghadapi tantangan global. Ia mengajak masyarakat untuk tidak hanya menjadi pengamat, tetapi juga bagian dari solusi.
"Indonesia tidak hanya harus hadir di panggung dunia, tetapi juga menjadi sahabat dan solusi bagi tantangan global. Ini adalah tanggung jawab kita bersama," pungkasnya.