Liputan6.com, Gaza - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah lama memperingatkan bahwa dibutuhkan waktu puluhan tahun untuk membangun kembali Jalur Gaza setelah serangan Israel terhadap Hamas sejak 7 Oktober 2023 hingga saat ini, salah satu kampanye militer paling mematikan dan paling merusak sejak Perang Dunia II.
Sekarang, setelah lebih dari setahun perang berlangsung, sebuah laporan baru menyatakan pemulihan Jalur Gaza butuh waktu berabad-abad.
Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) mengatakan dalam laporan yang dirilis Senin (21/10/2024) bahwa jika perang berakhir besok dan Jalur Gaza kembali ke status quo sebelum serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, dibutuhkan waktu 350 tahun bagi ekonominya yang babak belur untuk kembali ke tingkat sebelum perang.
Sebelum perang, Jalur Gaza berada di bawah blokade Israel dan Mesir yang diberlakukan setelah Hamas merebut kekuasaan pada tahun 2007. Empat perang dan perpecahan sebelumnya antara Hamas dan Otoritas Palestina yang didukung Barat di Tepi Barat juga berdampak buruk pada ekonomi Jalur Gaza.
Perang saat ini telah menyebabkan kerusakan yang mengejutkan di seluruh wilayah, dengan seluruh lingkungan hancur. Demikian juga jalan serta infrastruktur penting.
Gunung-gunung puing yang dipenuhi mayat-mayat yang membusuk dan persenjataan yang belum meledak harus dibersihkan sebelum pembangunan kembali dapat dimulai.
"Begitu gencatan senjata tercapai, kembali ke status quo sebelum Oktober 2023 tidak akan menempatkan Gaza pada jalur yang diperlukan untuk pemulihan dan pembangunan berkelanjutan," kata laporan UNCTAD, seperti dilansir AP, Jumat (24/10).
"Jika tren pertumbuhan 2007–2022 kembali, dengan rata-rata tingkat pertumbuhan sebesar 0,4 persen, Gaza akan memerlukan waktu 350 tahun hanya untuk memulihkan tingkat PDB tahun 2022."
Israel bersikeras bahwa blokade diperlukan untuk mencegah Hamas mengimpor senjata. Israel menyalahkan kelompok militan itu atas penderitaan rakyat Jalur Gaza.
"Tidak ada masa depan bagi rakyat Gaza selama rakyat mereka terus diduduki oleh Hamas," kata Duta besar Israel untuk PBB Danny Danon menanggapi laporan UNCTAD.
Tiga ratus lima puluh tahun jelas adalah waktu yang lama.
Rami Alazzeh, penulis laporan tersebut, mengatakan dia mendasarkan perhitungannya pada kehancuran ekonomi selama tujuh bulan pertama perang dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memulihkannya pada tingkat pertumbuhan PDB rata-rata Jalur Gaza dari tahun 2007 hingga 2022.
PDB atau Produk Domestik Bruto adalah jumlah total semua barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara atau wilayah.
Pada akhir Januari, Bank Dunia memperkirakan kerusakan bernilai sebesar USD 18,5 miliar — hampir setara dengan gabungan hasil ekonomi Tepi Barat dan Jalur Gaza pada tahun 2022. Itu terjadi sebelum beberapa operasi darat Israel yang sangat merusak, termasuk di kota perbatasan selatan, Rafah.
Penilaian PBB pada bulan September berdasarkan rekaman satelit menemukan sekitar seperempat dari semua bangunan di Jalur Gaza telah hancur atau rusak parah. Dikatakan sekitar 66 persen bangunan, termasuk lebih dari 227.000 unit rumah, telah mengalami setidaknya beberapa kerusakan.
Shelter Cluster, sebuah koalisi internasional penyedia bantuan yang dipimpin oleh Norwegian Refugee Council, menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membangun kembali semua rumah yang hancur di bawah apa yang dikenal sebagai Mekanisme Rekonstruksi Gaza. Proses itu ditetapkan setelah perang 2014 untuk memfasilitasi beberapa rekonstruksi di bawah pengawasan ketat Israel.
Ditemukan bahwa di bawah pengaturan itu, akan memakan waktu 40 tahun untuk membangun kembali semua rumah.