Liputan6.com, Moskow - Rusia dan Ukraina belum menjadwalkan pembicaraan damai secara langsung. Demikian konfirmasi Kremlin pada Kamis (22/5/2025).
Pernyataan ini disampaikan setelah kedua negara mengadakan pertemuan tatap muka pertama sejak invasi Moskow pada 2022 pada 16 Mei di Turki. Pernyataan ini juga muncul hanya beberapa hari setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa mereka akan segera memulai negosiasi gencatan senjata segera.
"Belum ada kesepakatan konkret mengenai pertemuan selanjutnya," ujar juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada para wartawan seperti dilansir AP. "Itu masih perlu disepakati."
Dalam pertemuan selama dua jam di Istanbul, Ukraina dan Rusia sepakat untuk menukar masing-masing 1.000 tawanan perang. Pertukaran ini akan menjadi yang terbesar di antara keduanya sejauh ini.
Namun, selain kesepakatan tersebut, pertemuan itu tidak menghasilkan terobosan berarti.
Selama beberapa bulan terakhir, AS dan Eropa telah meningkatkan tekanan kepada kedua belah pihak agar menerima gencatan senjata dan merundingkan penyelesaian konflik. Bagaimanapun, upaya tersebut belum membuahkan hasil.
Sementara itu, menurut pemerintah dan analis militer Ukraina, Rusia tengah mempersiapkan serangan musim panas untuk merebut lebih banyak wilayah Ukraina.
Tuntutan Putin
Presiden Vladimir Putin mengatakan pada awal pekan ini bahwa Rusia akan mengusulkan dan siap bekerja sama dengan Ukraina untuk menyusun memorandum yang akan menetapkan kerangka kerja menuju kemungkinan perjanjian damai di masa depan. Namun, Putin menolak usulan gencatan senjata selama 30 hari yang telah disetujui oleh Ukraina. Dia menggarisbawahi kesepakatan damai baru akan mungkin terjadi jika Ukraina menghentikan mobilisasi militernya dan negara-negara Barat menyetop pengiriman senjata ke Ukraina.
Para pemimpin Eropa menuduh Putin memperlambat upaya perdamaian, sementara dia berusaha memanfaatkan inisiatif militernya di medan tempur dengan pasukan yang lebih besar untuk merebut lebih banyak wilayah Ukraina.
Sementara itu, beralih ke isu pertukaran tawanan perang, Peskov menyatakan bahwa untuk mencapainya merupakan proses yang cukup melelahkan dan membutuhkan waktu.
Namun, dia menambahkan, "Pekerjaan terus dilakukan dengan cepat, semua pihak tertarik agar ini segera terlaksana."
Kepada kantor berita Rusia, Interfax, Peskov menyampaikan bahwa pihaknya telah menyerahkan daftar tahanan yang ingin dibebaskan kepada Ukraina.
"Kami belum menerima daftar balasan dari Kyiv. Kami masih menunggu," ujarnya kepada Interfax.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan pada Kamis bahwa persiapan sedang dilakukan untuk kemungkinan pertukaran tahanan, yang dia gambarkan sebagai kemungkinan satu-satunya hasil nyata dari pembicaraan di Turki.
Di tengah perang yang terus berlangsung di sepanjang garis depan sekitar 1.000 kilometer — yang telah menewaskan puluhan ribu tentara di kedua belah pihak — Rusia dan Ukraina hampir setiap hari saling meluncurkan puluhan drone jarak jauh ke wilayah satu sama lain.