Liputan6.com, Wisconsin - Ryan Borgwardt (44) seorang pria di Wisconsin, Amerika Serikat (AS), dilaporkan hilang setelah pergi kayak di Green Lake.
Pada awalnya, semua petunjuk mengarah pada kecelakaan fatal—perahu kayaknya ditemukan terbalik di danau, serta kendaraan dan trailer miliknya di dekat taman.
Pencarian darurat yang dilakukan oleh pihak berwenang menemukan sejumlah barang pribadi Borgwardt, termasuk alat pancing dan kotak alat, yang semakin memperkuat dugaan bahwa ia tenggelam.
Namun, kejanggalan mulai terungkap ketika penyelidikan mengarah pada temuan yang mengejutkan.
Bukti menunjukkan bahwa ayah tiga anak melintasi perbatasan Kanada, dan otoritas di sana mengonfirmasi bahwa paspornya digunakan sehari setelah ia dilaporkan hilang. Penemuan ini membuka tabir dari sebuah rencana besar yang disusun Borgwardt untuk memalsukan kematiannya dan meninggalkan keluarganya.
Pada awal November, pihak berwenang berhasil menghubungi Ryan Borgwardt yang kini tinggal di Eropa Timur.
Dalam sebuah konferensi pers, Sheriff Mark Podoll mengungkapkan bahwa meski Borgwardt telah mengakui semua perbuatannya, ia masih enggan kembali ke rumah.
"Berita baiknya adalah ia masih hidup dan dalam keadaan baik. Berita buruknya, kami belum mengetahui lokasi tepatnya dan ia belum memutuskan untuk pulang," ujar Podoll, seperti dilansir odditycentral, Selasa (26/11/2024).
Sudah Direncanakan selama Berbulan-bulan
Borgwardt mengungkapkan kepada penyelidik bahwa ia sudah merencanakan pemalsuan kematiannya selama beberapa bulan. Ia memulai rencananya dengan menyembunyikan sepeda listrik di dekat peluncuran perahu di Green Lake, kemudian pergi berkeliling dengan kayak dan perahu karet kecil.
Setelah membalikkan kayaknya dan membuang ponselnya ke dalam air, Borgwardt kembali ke pantai dengan perahu karet, menaiki sepeda, dan melanjutkan perjalanan 80 mil melalui malam menuju Madison.
Dari sana, ia naik bus ke Detroit, melintasi perbatasan Kanada, dan akhirnya terbang ke Eropa dengan paspor baru.
Borgwardt juga mengambil langkah-langkah untuk menghilangkan jejak digitalnya sebelum menghilang.
Ia mengganti hard drive komputernya dan menghapus riwayat pencarian, serta mengambil polis asuransi jiwa senilai USD 375.000, yang diduga bertujuan untuk membantu keluarganya.
Selain itu, ia memindahkan dana ke akun luar negeri, mengganti alamat email, dan berkomunikasi dengan seorang wanita yang diduga berada di Uzbekistan.
Kontak terakhir yang dilakukan oleh pihak berwenang dengan Borgwardt terjadi melalui seorang wanita yang berbicara bahasa Rusia, namun belum dipastikan apakah wanita ini sama dengan yang ia ajak berkomunikasi sebelum menghilang.
Mengaku Menyesal
Dalam percakapan dengan pihak berwenang, Borgwardt mengungkapkan penyesalan atas tindakannya. Ia menyadari bahwa perbuatannya telah memberikan trauma mendalam kepada istri dan tiga anaknya.
Sheriff Podoll menjelaskan bahwa Borgwardt mengaku dirinya tengah menghadapi masalah pribadi yang besar dan merasa bahwa ia tidak memiliki pilihan lain.
Beberapa laporan media juga berspekulasi bahwa salah satu alasan utamanya adalah ia jatuh cinta pada wanita lain dan memutuskan untuk menikahinya serta memulai kehidupan baru di Eropa.
Meski demikian, Borgwardt juga mengakui bahwa ia telah menyebabkan kerugian besar, tidak hanya pada keluarganya, tetapi juga pada pihak berwenang AS yang telah mengeluarkan dana dan sumber daya yang sangat besar untuk mencari jasadnya.
"Ia merasa bahwa pencarian akan berhenti dalam dua minggu, dan ia merasa itu adalah waktu yang tepat untuk menghilang," kata Sheriff Podoll.
Borgwardt mengungkapkan bahwa ia khawatir jika kembali akan sulit diterima oleh masyarakat dan keluarganya. Namun, sheriff menyatakan bahwa komunitas setempat siap untuk memaafkan dan memberikan kesempatan kedua.
"Apa hadiah terbaik yang bisa ia berikan pada anak-anaknya? Hadiah itu adalah hadir untuk mereka di Natal ini," kata Podoll, berharap agar Borgwardt akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah dan memperbaiki kesalahan yang telah ia buat.