Liputan6.com, Bandung - Indonesia berada di peringkat sepertiga teratas negara yang paling rentan terhadap risiko iklim dengan produksi sampah yang mencapai angka 18,99 juta ton per tahun, oleh karena itu aksi nyata untuk menjaga lingkungan menjadi sangat penting.
Salah satu aksi nyata dalam menjaga lingkungan dipimpin British Council Indonesia melalui program "Design Matters Lab", inisiatif desain kolaboratif lintas geografis dan lintas budaya, menyatukan desainer produk dan desainer material dari Eropa dan Indonesia dalam misi bersama untuk mengeksplorasi desain berkelanjutan.
Program Design Matters Lab menghadirkan solusi kreatif untuk tantangan lingkungan, dengan mengubah limbah menjadi sumber daya berharga.
Adapun kolaborasi antara desainer dari Eropa dan Indonesia yang diselenggarakan di Institut français Indonésie (IFI), Bandung. Jumat, (6/12/2024) itu, menghasilkan lima produk inovatif yang mengadaptasi konsep keberlanjutan.
Menurut Summer Xia selaku Co-President EUNIC Indonesia Cluster, acara ini memberikan kesempatan bagi para desainer menunjukan karya yang telah mereka kerjakan cukup lama.
"Ini adalah kesempatan kami untuk menampilkan produk dan prototipe dari 10 desainer, 5 dari Eropa dan 5 dari Indonesia yang telah bekerja bersama selama 4 bulan, termasuk 2 minggu terakhir selama residensi di Bandung, untuk melihat bagaimana cara mengolah limbah menjadi bahan desain, dan produk yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari," tutur Summer Xia di Institut Français Indonésie (IFI), Bandung kepada Liputan6.com.
Sebagai informasi, EUNIC, atau European Union National Institutes for Culture, adalah jaringan global yang mempromosikan hubungan budaya. Klaster Indonesia yang didirikan pada November 2023, menyatukan sembilan institusi budaya dan kedutaan besar Eropa di Indonesia. Klaster ini merupakan bagian dari jaringan yang lebih luas dengan 140 klaster EUNIC di seluruh dunia. Saat ini, Institut Francais Indonesie (IFI) dan British Council adalah ketua dari EUNIC Indonesia Cluster.
Pada kesempatan tersebut, ia juga mengungkapkan bahwa proyek berkelanjutan itu menunjukan inovasi menarik para desainer dalam membuat produk ramah lingkungan dan bermanfaat berbahan dasar berbagai macam limbah.
"Jadi kami telah melihat ide-ide yang sangat menginspirasi dan menyenangkan tentang pengolahan kotoran sapi, bahan kopi, plastik, dan bambu menjadi lampu, kursi, penunjuk jalan untuk disabilitas netra, dan banyak lagi,” ucapnya lagi.
Program yang Menginspirasi untuk Jaga Keberlanjutan
Country Director British Council Indonesia ini juga menyoroti isu perubahan iklim yang terjadi di seluruh dunia, disisi lain proyek tersebut menimbulkan keinginan bagi British Council Indonesia untuk terus menjaga keberlanjutan, sekaligus membawa banyak orang untuk lebih mendukung produk ramah lingkungan
"Ini benar-benar menginspirasi untuk menanyakan kita semua, bagaimana kita bisa berkolaborasi dengan komunitas lokal, membawa pengetahuan dari Eropa dan Indonesia, melihat masalah menantang yang kita hadapi bersama-sama, seperti perubahan iklim dan kesejahteraan lingkungan, dan mencari bahan-bahan yang bisa digunakan kembali, didaur ulang, dan berkelanjutan, yang terbuat dari limbah. Sehingga kita bisa membangun masa depan yang berkelanjutan bagi semua orang," ungkapnya.
Summer Xia juga mempercayai bahwa seni dan budaya dapat menjawab tantangan global sekaligus mempengaruhi masyarakat secara luas untuk menjaga lingkungan.
"Kami ingin bekerja dengan ini karena kami benar-benar percaya dengan kekuatan transformatif dari seni dan budaya, dalam hal ini terutama, desain, dalam menjawab tantangan global seperti perubahan iklim," jelasnya.
"Dengan melakukannya, kami akan dapat memungkinkan masyarakat lokal untuk bergabung, benar-benar berpikir tentang bagaimana mereka bisa lebih bertanggung jawab untuk planet kita bersama ini, dan terutama bagi generasi masa depan kita," sambung Summer Xia.
Adapun pameran ini membuktikan kekuatan desain dalam merespons isu-isu global.
5 Produk Unik Berbahan Dasar Limbah yang Dipamerkan:
Berikut ini lima macam produk berkelanjutan yang tentunya pada prosesnya menggunakan bahan dasar berbagai limbah dan memiliki fungsi serta keunikan masing-masing:
1. Proyek Tac_Tiles
Produk ini merupakan hasil kolaborasi antara dua designer dari Inggris dan Bandung, Indonesia yang mengintegrasikan beton dan bahan daur ulang untuk menciptakan alat navigasi yang intuitif. Dengan menggabungkan penanda jalan non-visual yang bisa diraba, desain ini meningkatkan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas netra, menghubungkan layanan publik penting, dan mendorong inklusifitas.
2. Proyek Hylume
Produk ini menyoroti dampak buruk limbah yang dihasilkan dari kompleksitas material, dengan mendorong penggunaan mycelium yang dihasilkan oleh jamur sebagai inovasi. Kolaborasi antara Prancis dan Bandung, Indonesia ini menciptakan insulasi dinding untuk produk akustik.
3. Lampoep
Dengan memanfaatkan limbah cair dari kedelai dan kotoran sapi, kolaborasi antara Belanda dan Bandung, Indonesia menghasilkan produk berkelanjutan yang menjadi solusi pencahayaan teknologi ramah lingkungan dengan mengkolaborasikan keahlian lokal, bahan alternatif, dan teknik tradisional, sekaligus mengurangi masalah lingkungan.
4. Proyek Cuir Mache
Kolaborasi antara Jerman dan Yogyakarta, Indonesia ini mengubah kaki ayam yang biasanya dianggap limbah makanan menjadi bahan bernilai untuk industri kulit. Proyek ini mengubah limbah menjadi kulit yang unik dan tahan lama, mendorong inovasi material sekaligus pengelolaan limbah.
5. Espresso
Proyek ini mengonversi limbah kopi menjadi furnitur serbaguna untuk kedai kopi dan ruang publik. Terinspirasi oleh proses tamping dalam pembuatan espresso, Kolaborasi antara Irlandia dan Bandung, Indonesia ini memadatkan ampas kopi bekas menjadi furnitur yang kokoh dan fungsional.
(Khofifah Azzahro)