Liputan6.com, Gaza - Kepala organisasi yang dibentuk untuk mendistribusikan bantuan di Gaza sebagai bagian dari rencana kontroversial yang didukung Israel mengundurkan diri. Dia beralasan bahwa rencana tersebut tidak dapat dijalankan sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan.
Jake Wood mengundurkan diri dari Gaza Humanitarian Foundation (GHF) pada Minggu (25/5/2025) malam, dengan mengatakan bahwa organisasi tersebut tidak akan mampu menjalankan prinsip kemanusiaan, netralitas, ketidakberpihakan, dan independensi. Demikian seperti dilansir BBC.
Rencana, yang juga didukung oleh Amerika Serikat (AS), ini akan menggunakan kontraktor swasta untuk menyalurkan bantuan melalui lokasi distribusi yang ditunjuk oleh Israel. Rencana ini mendapat kritik dari PBB, yang menyatakan tidak akan ikut serta.
GHF pada Senin (26/5) malam menyatakan bahwa mereka telah mengirimkan pengiriman bantuan pertama ke Gaza dan distribusi kepada warga Gaza sedang berlangsung.
Dalam rencana GHF, warga Palestina diharapkan mengambil bantuan seberat hingga 20 kg yang berisi makanan dan perlengkapan kebersihan dasar dari empat titik distribusi di Gaza bagian selatan.
Masih belum jelas bagaimana orang-orang yang lemah atau terluka dapat mengambil bantuan tersebut.
Israel bersikeras bahwa rencana ini dibutuhkan untuk menghentikan Hamas mencuri bantuan, sesuatu yang dibantah oleh kelompok bersenjata itu.
Klaim Berulang Israel
Kepala Urusan Kemanusiaan PBB Tom Fletcher mengatakan rencana kontroversial akan memaksa terjadinya pengungsian lebih lanjut, membatasi bantuan hanya ke satu bagian Gaza, dan menjadikan kelaparan sebagai alat tawar-menawar.
Dalam pernyataan pengunduran dirinya, Wood, seorang mantan marinir AS, mengatakan, "Dua bulan lalu, saya didekati untuk memimpin upaya GHF karena pengalaman saya dalam operasi kemanusiaan."
"Seperti banyak orang lain di seluruh dunia, saya merasa ngeri dan patah hati melihat krisis kelaparan di Gaza dan, sebagai seorang pegiat kemanusiaan, saya terdorong untuk melakukan apa pun yang saya bisa untuk membantu meringankan penderitaan tersebut," ungkap dia.
Namun, dia mengatakan, telah menjadi "jelas bahwa tidak mungkin untuk melaksanakan rencana ini sambil tetap secara ketat mematuhi prinsip-prinsip kemanusiaan, netralitas, ketidakberpihakan, dan independensi, yang tidak akan saya tinggalkan."
Sebagai tanggapan, GHF menyatakan mereka tidak akan gentar oleh pengunduran diri Wood dan mulai menyalurkan bantuan pada Senin, dengan target menjangkau satu juta warga Palestina pada akhir pekan.
Kelompok itu mengatakan bahwa para pengkritik yang diuntungkan dari status quo lebih fokus untuk menghancurkan upaya ini daripada mengirimkan bantuan karena takut bahwa solusi-solusi baru yang kreatif terhadap masalah-masalah yang selama ini tak terselesaikan justru mungkin berhasil.
Mereka menambahkan, "Truk-truk kami sudah terisi dan siap berangkat."
Sementara itu, seorang pejabat Israel mengungkapkan, "Tujuan dari pendekatan baru ini adalah untuk menghilangkan ketergantungan penduduk Gaza terhadap Hamas."
Media Israel melaporkan bahwa pusat distribusi pertama dari empat yang direncanakan dibuka oleh GHF pada Senin pagi.
Sorotan terhadap GHF
Pekan lalu, Israel melonggarkan blokade selama 11 minggu atas makanan, bahan bakar, obat-obatan, dan pasokan lainnya yang masuk ke Gaza, meski tidak langsung didistribusikan. Namun, sedikitnya bantuan yang masuk digambarkan PBB sebagai setetes air di lautan dari apa yang dibutuhkan.
PBB menyatakan 57 anak meninggal karena malnutrisi selama blokade Israel – sementara Program Pangan Dunia (WFP) memperingatkan pekan lalu bahwa seluruh populasi Gaza berada di ambang kelaparan.
Sekretaris Jenderal Dewan Pengungsi Norwegia Jan Egeland mengatakan kepada BBC bahwa GHF adalah organisasi yang dimiliterisasi, diprivatisasi, dipolitisasi” dan tidak sesuai dengan prinsip netralitas.
"Orang-orang di balik ini adalah militer – mereka adalah eks CIA dan eks militer... Mari kita kembali ke sistem yang dulu bekerja," sebut Egeland.
GHF juga menjadi sorotan tajam terkait pendanaan, asal-usul, dan dukungan terhadap mereka.
Pada Senin malam, organisasi itu mengumumkan bahwa John Acree, mantan manajer senior di USAID, ditunjuk sebagai direktur eksekutif sementara.
Sebuah investigasi oleh The New York Times menyatakan bahwa kelompok ini diyakini dibentuk di Israel oleh sekelompok pejabat dan perwira militer Israel bersama mitra mereka di sektor bisnis Israel.
Menanggapi rencana distribusi bantuan via GHF, awal bulan ini juru bicara badan anak-anak PBB (UNICEF) Jonathan Crick mengatakan, "Bagaimana seorang ibu dengan empat anak, yang telah kehilangan suaminya, akan membawa 20 kg ke tenda daruratnya, yang kadang-kadang beberapa kilometer jauhnya?"
"Orang-orang paling rentan, termasuk lansia, penyandang disabilitas, orang sakit dan terluka, serta anak-anak yatim piatu, akan menghadapi tantangan besar untuk mengakses bantuan."
Israel menginvasi Gaza sebagai balasan atas serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober 2023, yang mereka klaim menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan 251 orang lainnya disandera.
Menurut otoritas kesehatan Gaza, setidaknya 53.939 orang, termasuk sedikitnya 16.500 anak-anak, telah tewas di Gaza sejak saat itu.