, Berlin - Meskipun dilarang oleh sebagian besar platform media sosial, lagu terbaru yang sangat provokatif dari musisi rap Ye, yang juga dikenal sebagai Kanye West, tetap bertengger di platform X milik Elon Musk. Video musik tersebut telah ditonton oleh jutaan orang.
Lagu terbaru Ye ini menyertakan penghormatan Nazi "Heil Hitler” (red. "Hormat Hitler”), yang digunakan saat Adolf Hitler berkuasa. Karya seni pada musik video West menggambarkan lambang Swastika serta menyisipkan klip-klip panjang pidato Hitler di akhir musik.
Mengutip DW Indonesia, Senin (19/5/2025), West telah diblokir beberapa kali dari X karena konten antisemitisme yang menunjukkan kebencian terhadap kaum Yahudi. Baru-baru ini ia juga kehilangan kontrak kolaborasi merek fesyennya, Yeezy, dengan Adidas setelah mengunggah serangkaian kata-kata kasar antisemitisme.
Setelah lagu barunya ini dirilis, platform seperti Spotify, YouTube dan Soundcloud berupaya melarang pemutaran lagu tersebut karena mengandung konten antisemitisme. Meskipun video musik tidak diunggah oleh sang musisi ke platform lain, video yang dipublikasikannya pada X tersebut telah diambil disebarluaskan para pengguna Facebook, Instagram, dan Reddit, jutaan kali.
Ini semakin menunjukkan betapa kecilnya kekuatan yang dimiliki perusahaan teknologi besar untuk menghapus konten sebuah konten yang menyinggung.
Simbol Nazi Dilarang di Jerman
Di Jerman, video Ye tidak dapat dilihat secara langsung di profil X-nya, meskipun unggahan tersebut masih ada pada tanggal 13 Mei (kecuali seseorang mengubah lokasi aksesnya menjadi Amerika Serikat dengan menggunakan VPN, maka unggahan tersebut dapat dilihat).
Salam Nazi "Heil Hitler" digunakan sebagai salam resmi di Jerman pada era Nazi (1933-1945). Salam "Heil Hitler” dilakukan dengan merentangkan lengan kanan ke atas sedang telapak tangan menghadap ke bawah. Dikatakan, salam ini berasal dari era Romawi kuno dan kemudian diadopsi oleh diktator fasis Benito Mussolini di tahun 1920-an. Kemudian, Hitler menjadikan salam tersebut sebagai ciri khas Partai Nazi.
Pada era pascaperang, pihak berwenang Jerman Barat membatasi bentuk-bentuk penghormatan terhadap Nazi untuk mengatasi masa lalu kelam Holokaus, yang merenggut jutaan korban jiwa dan menimbulkan trauma di Eropa.
Menampilkan atau menyebarkan simbol dan slogan Nazi di depan umum seperti gerakan tangan atau frasa terkait menjadi tindak pidana berdasarkan Pasal 86a hukum pidana Jerman.
Undang-undang ini melarang penggunaan simbol-simbol yang terkait dengan organisasi inkonstitusional, termasuk yang terafiliasi dengan partai Nazi, seperti Swastika, lambang SS, salam dan slogan Nazi.
Penggunaan simbol-simbol tersebut dapat dihukum hingga tiga tahun penjara atau denda.
Menyangkal Holokaus juga merupakan tindakan ilegal di Jerman dan banyak negara Eropa lainnya, juga di Kanada dan Israel.
Simbol Nazi Tidak Dilarang di AS
Untuk melawan kebangkitan kelompok-kelompok sayap kanan dan meningkatnya antisemitisme, negara-negara lain juga melarang penggunaan simbol dan slogan Nazi.
Pada bulan Februari, Australia mengesahkan undang-undang pidana anti-kebencian yang menerapkan hukuman minimum saat terbukti menampilkan simbol-simbol yang menimbulkan kebencian, termasuk didalamnya salam Nazi.
Meskipun masih menjadi salah satu gerakan paling tabu di dunia Barat, melakukan salam Nazi atau mengenakan logo swastika bukanlah tindakan ilegal di Amerika Serikat.
Sejak Perang Dunia II, salam Nazi sering digunakan oleh neo-Nazi dan nasionalis kulit putih. Pada tahun 2016, misalnya, sebuah video menunjukkan kelompok supremasi kulit putih, yang merayakan terpilihnya Donald Trump dalam sebagai Presiden Amerika Serikat pada tahun 2016, mengangkat tangan melakukan salam ala Nazi.
Pada bulan Januari, Elon Musk, yang secara terbuka mendukung partai sayap kanan Jerman, Alternative für Deutschland, menjadi sorotan karena melakukaan sesuatu yang dianggap seperti salam ala Nazi saat Donald Trump dilantik menjadi presiden untuk kedua kalinya. Banyak yang mengatakan bahwa itu adalah kemiripan yang tidak disengaja, sementara yang lain mengatakan bahwa kemiripan tersebut disengaja.
Merespon hal tersebut, para aktivis dari kelompok kampanye Led by Donkeys memproyeksikan sebuah gambar di pabrik Tesla di Brandenburg yang memperlihatkan Musk sedang melakukan gerakan tersebut dengan judul "Heil Tesla.”
Kelompok Led by Donkeys merasa bahwa jika otoritas Jerman menganggap simbol tersebut ilegal menurut hukum pidana negara tersebut, itu membuktikan bahwa Musk memang melakukan gerakan tersebut..
Itu bukan pertama kalinya Musk dikecam karena tindakannya yang mendukung antisemitisme. Pada tahun 2023, dengan menanggapi salah satu pengguna platform X yang menuduh orang Yahudi membenci orang kulit putih, sebuah teori konspirasi yang populer bagi para pendukung supremasi kulit putih.
"Anda telah mengatakan kebenaran yang sebenarnya," respon Musk kepada cuitan tersebut.
Kurangnya Regulasi Perusahaan Teknologi
Video Kanye West dan upaya untuk menghapus konten tersebut, membuat publik memiliki penilaian baru atas kebijakan konten perusahaan teknologi besar, seperti platform media sosial milik Meta.
Terkait dengan video tersebut, Anti-Defamation League, sebuah organisasi non-pemerintah internasional yang berbasis di Amerika Serikat yang memerangi antisemitisme, fanatisme, dan diskriminasi, memulai sebuah petisi yang meminta Facebook dan Instagram untuk "menerapkan kembali pedoman yang tepat untuk melindungi pengguna dari disinformasi dan kebencian".
Pada bulan Januari lalu, Meta mengumumkan penghapusan fungsi pemeriksaan fakta, dan melonggarkan aturan seputar ujaran kebencian dan pelecehan mengingat "pemilu baru-baru ini" - merujuk pada kemenangan Donald Trump.
Meskipun demikian, retorika pro-Hitler yang dilontarkan lagu West masih berada di bawah peraturan Meta yang melarang "stereotip berbahaya yang secara historis terkait dengan intimidasi, termasuk penyangkalan terhadap Holokaus."