ISIS Klaim Serangan Pertama terhadap Pasukan Pemerintah Suriah Sejak Kejatuhan Bashar al-Assad

2 days ago 15

Liputan6.com, Damaskus - ISIS mengaku bertanggung jawab atas dua serangan di wilayah selatan Suriah, termasuk satu serangan terhadap pasukan pemerintah.

Dalam pernyataannya pada Kamis (29/5), ISIS menyebutkan bahwa dalam salah satu serangan, sebuah bom yang menargetkan sebuah kendaraan meledak, menewaskan atau melukai tujuh tentara. Kelompok itu menyatakan serangan tersebut terjadi Kamis, 22 Mei, di daerah al-Safa, yang berada di gurun Provinsi Sweida bagian selatan.

ISIS dalam pernyataan terpisah juga mengaku melakukan serangan bom lain minggu ini di daerah yang berdekatan, yang menargetkan anggota Tentara Pembebasan Suriah (FSA) yang didukung Amerika Serikat (AS). ISIS mengklaim serangan ini menewaskan satu orang dan melukai tiga lainnya.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengatakan bahwa serangan terhadap pasukan pemerintah Suriah menewaskan satu warga sipil dan melukai tiga tentara. Lembaga ini menggambarkan serangan itu sebagai serangan pertama yang diakui oleh ISIS terhadap pasukan Suriah sejak berakhirnya pemerintahan keluarga Assad yang telah berkuasa selama 54 tahun pada Desember 2024.

Hingga saat ini, pemerintah dan FSA belum memberikan komentar atas klaim tersebut.

Syarat Pencabutan Sanksi Suriah

ISIS, yang sebelumnya menguasai wilayah luas di Suriah dan Irak, menentang otoritas baru di Damaskus yang dipimpin oleh Presiden Ahmad al-Sharaa. Presiden al-Sharaa sendiri pernah menjadi kepala cabang al-Qaeda di Suriah dan terlibat dalam pertempuran melawan ISIS.

Beberapa bulan terakhir, ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap Pasukan Demokratik Suriah (SDF), yang juga didukung AS dan dipimpin oleh Kurdi, di wilayah timur laut Suriah.

ISIS dikalahkan di Suriah pada Maret 2019 ketika para pejuang SDF berhasil merebut wilayah terakhir yang dikuasai kelompok ekstremis tersebut. Sejak saat itu, sel tidur ISIS melakukan serangkaian serangan mematikan, terutama di wilayah timur dan timur laut Suriah.

Pada Januari, media pemerintah melaporkan bahwa pejabat intelijen pemerintah pasca-Assad di Suriah berhasil menggagalkan rencana ISIS untuk meledakkan bom di sebuah situs ziarah syiah di selatan Damaskus.

Awal bulan ini, al-Sharaa bertemu dengan Presiden Donald Trump di Arab Saudi. Dalam pertemuan itu, Trump menyatakan bahwa AS akan menghapus sanksi ekonomi terhadap Suriah yang telah diterapkan sejak masa pemerintahan Assad.

Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt kemudian mengatakan setelah pertemuan itu bahwa Trump mendesak al-Sharaa untuk mengakui Israel secara diplomatik, meminta semua teroris asing meninggalkan Suriah, dan membantu AS menghentikan kebangkitan kembali kelompok ISIS.

Read Entire Article