Liputan6.com, Jenewa - Hari Anak Sedunia diperingati pada 20 November setiap tahunnya. Namun sayangnya, perayaan tersebut tidak dapat dirasakan oleh seluruh anak-anak di dunia.
"Hari Anak Sedunia seharusnya menjadi hari perayaan dan hari refleksi. Bagi anak-anak di Gaza dan Lebanon, hari mereka adalah tentang bertahan hidup, bukan perayaan," kata Juru Bicara UNICEF James Elder, seperti dilansir Anadolu Agency, Rabu (20/11/2024).
Ia menyoroti lima juta anak yang terdampak di Sudan, dengan 1 juta anak di bawah usia 5 tahun mengungsi akibat pergolakan yang disertai kekerasan.
"Di Ukraina, kami telah melihat serangan meningkat tajam," lanjutnya.
"Ini akan menjadi hari yang sangat, sangat berat."
Elder turut menggarisbawahi peran para pemimpin dunia terhadap isu global mulai dari perang, krisis kesehatan mental hingga isu iklim.
Hari Anak Sedunia, yang ditetapkan oleh PBB pada tahun 1954, diperingati setiap tahun pada tanggal 20 November untuk mempromosikan kebersamaan internasional, kesadaran akan hak-hak anak, dan tindakan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Hari ini juga menandai ulang tahun diadopsinya Deklarasi Hak-Hak Anak pada tahun 1959 dan Konvensi Hak-Hak Anak pada tahun 1989.
Namun, peringatan tahun ini berada di bawah awan gelap, menyoroti penderitaan anak-anak yang terjebak dalam baku tembak krisis global.
Desak Pemimpin Dunia Bertindak
Elder mendesak para pemimpin dunia untuk menegakkan komitmen mereka berdasarkan hukum dan perjanjian humaniter internasional untuk melindungi anak-anak dan memprioritaskan kesejahteraan mereka.
"Luangkan waktu 10 menit pada Hari Anak Sedunia, untuk merenungkan apakah putri mereka yang berusia 7 tahun atau putra mereka yang berusia 15 tahun yang mengalami kengerian ini, dan bagaimana mereka kemudian akan menanggapi dan mungkin menggunakan posisi pengaruh mereka untuk menanggapi dengan tepat," tegasnya.
Sementara krisis di Jalur Gaza, Lebanon, dan Sudan mendominasi berita utama, UNICEF menekankan pentingnya menangani semua perjuangan anak di seluruh dunia.
"Ada anak-anak yang hidup dalam kemiskinan di Afrika Selatan, anak yatim piatu di Malawi, anak-anak yang harus bekerja di Bangladesh, dan krisis kesehatan mental di Sydney. Seorang anak adalah seorang anak, di mana pun mereka berada," kata Elder.
Ia menambahkan bahwa orang-orang yang memiliki pengaruh di lingkungan tersebut dan keluarga pemerintah daerah perlu tinggal, mengambil langkah pada Hari Anak Sedunia, dan melihat apa lagi yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki anak-anak di sekitar mereka.