Liputan6.com, Gaza - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan pada Rabu (21/5/2025), mereka sedang berupaya menyalurkan bantuan yang sangat dibutuhkan ke tangan warga Palestina di Gaza. Bantuan sendiri telah masuk sejak awal pekan ini, namun penyalurannya terhambat oleh kekhawatiran akan penjarahan dan pembatasan militer Israel.
Di tengah situasi itu, serangan udara Israel terus menggempur Gaza, menambah panjang daftar kematian warga Palestina.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyampaikan bahwa tinggal beberapa hari lagi Israel akan menerapkan sistem bantuan baru di Gaza, yang telah mendapat banyak kritik dari komunitas internasional. Israel berencana membentuk sebuah "zona steril" yang bebas dari Hamas, di mana para warga—yang telah berkali-kali mengungsi selama perang berlangsung—akan dipindahkan dan menerima pasokan bantuan di lokasi tersebut.
Di tengah stagnasi dalam pembicaraan gencatan senjata, Netanyahu menegaskan bahwa perang hanya akan berakhir jika Hamas membebaskan seluruh sandera, menyerahkan kekuasaan, dan jika rencana Presiden Donald Trump untuk merelokasi warga Gaza ke luar wilayah itu diterapkan. Rencana Trump, yang bertujuan mengosongkan Gaza dari penduduk Palestina dan menempatkan wilayah itu di bawah kendali Amerika Serikat (AS), telah ditolak oleh warga Palestina dan hampir seluruh komunitas internasional.
Warga Gaza: Hentikan Perang
Karena tekanan internasional, Israel akhirnya mengizinkan puluhan truk bantuan memasuki Gaza, setelah hampir tiga bulan memblokade makanan, obat-obatan, bahan bakar, dan barang lainnya. Namun, bantuan itu masih tertahan di sisi Gaza dari perlintasan Kerem Shalom dengan Israel.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric menjelaskan bahwa sebagian besar bantuan yang masuk sejak Senin (19/5) telah dimuat ke truk-truk PBB, namun belum dapat diangkut keluar dari area perlintasan. Dia menyatakan bahwa jalan yang diizinkan oleh militer Israel terlalu berbahaya untuk digunakan.
Seorang pejabat PBB kemudian menyebutkan bahwa lebih dari selusin truk yang meninggalkan area perlintasan telah tiba di gudang-gudang di Gaza Tengah pada Rabu malam. Pejabat tersebut berbicara secara anonim karena tidak diberi wewenang untuk berbicara kepada media.
Israel pada Rabu mengklaim bahwa 100 truk telah memasuki Gaza.
Sementara itu, para pakar ketahanan pangan memperingatkan bahwa Gaza terancam kelaparan jika blokade tidak segera dihentikan. Kasus malnutrisi dan kelaparan terus meningkat. Organisasi bantuan sudah kehabisan makanan untuk dibagikan sejak beberapa minggu lalu, sementara sebagian besar dari sekitar 2 juta penduduk kini bergantung pada dapur umum yang pasokannya hampir habis.
Di sebuah dapur umum di Kota Gaza, sebuah kelompok amal membagikan sup lentil encer.
Somaia Abu Amsha menyendokkan porsi kecil untuk keluarganya. Dia mengisahkan bahwa mereka sudah lebih dari 10 hari tidak makan roti dan dirinya tidak mampu membeli nasi atau pasta.
"Kami tidak ingin apa-apa selain perang ini dihentikan ... Bahkan anjing pun tidak akan makan ini, apalagi anak-anak," kata dia.
Kelompok-kelompok bantuan menegaskan bahwa jumlah bantuan yang diizinkan Israel sangat jauh dari cukup. Saat gencatan senjata sebelumnya, sekitar 600 truk bisa masuk setiap hari.
Netanyahu: Penduduk Akan Dipindahkan ke Gaza Selatan
Israel menyatakan bahwa pelonggaran kecil terhadap blokade saat ini merupakan jembatan sementara hingga sistem bantuan baru dapat diberlakukan. PBB dan kelompok-kelompok kemanusiaan lainnya telah menolak sistem tersebut, dengan menyatakan itu memungkinkan Israel menggunakan bantuan sebagai senjata dan memindahkan penduduk secara paksa.
Netanyahu mengatakan kepada para wartawan bahwa rencananya akan dimulai dalam beberapa hari ke depan.
Dia menjelaskan bahwa pada tahap selanjutnya, Gaza Selatan akan dibersihkan dari Hamas dan penduduk akan dipindahkan ke sana demi keselamatan mereka.
"Di sana, mereka akan menerima bantuan ... dan mereka belum tentu kembali lagi,"
Rencana ini mencakup sejumlah kecil pusat distribusi yang dikelola oleh sebuah yayasan swasta yang didukung oleh AS, yang dikenal sebagai Gaza Humanitarian Foundation. Penyaluran bantuan akan dijaga oleh kontraktor swasta bersenjata.
Israel menyatakan bahwa sistem ini diperlukan karena Hamas menyedot sebagian besar bantuan. PBB membantah klaim ini.
Pada tahap awal, empat pusat distribusi sedang dibangun—satu di wilayah Gaza tengah dan tiga lainnya di ujung selatan Gaza.
Seorang dari pihak GHF mengatakan bahwa kelompoknya tidak akan pernah berpartisipasi atau mendukung bentuk apa pun dari relokasi paksa warga sipil. Juru bicara tersebut berbicara dengan syarat anonim sesuai dengan aturan internal organisasi. Dia menambahkan bahwa tidak ada batas jumlah lokasi dan lokasi tambahan akan dibuka, termasuk di bagian utara, dalam waktu satu bulan ke depan.