Liputan6.com, Washington D. C - Per Jumat (4/7) sore waktu setempat, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump secara resmi menandatangani rancangan undang-undang (RUU) kebijakan bersejarahnya One Big Beautiful Bill menjadi undang-undang (UU).
Mengutip Antara News, Sabtu (5/7/2025), upacara penandatanganan di Gedung Putih berlangsung sehari setelah RUU tersebut lolos dengan selisih tipis di Dewan Perwakilan Rakyat AS pada Kamis (3/7). Adapun Trump menetapkan batas waktu agar RUU One Big Beautiful Bill itu disahkan sebelum 4 Juli, sehingga upacara penandatanganan dapat menjadi bagian dari perayaan Hari Kemerdekaan yang mencakup atraksi terbang pesawat pengebom B-2.
UU One Big Beautiful Bill tersebut mencerminkan agenda kebijakan Trump, termasuk pemotongan pajak serta peningkatan anggaran untuk pengeluaran militer dan keamanan perbatasan.
Berbicara sebelum upacara penandatanganan, Donald Trump memuji Pemimpin Mayoritas Senat John Thune dan Ketua DPR AS Mike Johnson atas upaya mereka dalam mengoordinasikan konferensi untuk mengesahkan RUU tersebut.
"Kedua individu itu adalah tim yang tidak akan terkalahkan," ujar Trump.
Kubu Terpecah
Perwakilan dari kedua partai di DPR sangat terpecah dalam menyikapi RUU tersebut, yang mencakup pemangkasan besar-besaran anggaran untuk layanan kesehatan dan program pangan bagi masyarakat miskin, serta peningkatan pengeluaran untuk militer dan keamanan perbatasan, serta memangkas pajak untuk berbagai lapisan pendapatan.
RUU ini diprediksi akan menambah beban utang negara yang sudah tinggi sebesar 3,3 triliun dolar AS (1 dolar AS = Rp16.209).
RUU tersebut diloloskan dalam pemungutan suara di DPR AS dengan selisih suara yang tipis, yakni 218 banding 214. Seluruh anggota Partai Demokrat dan dua anggota Partai Republik, Thomas Massie dari Kentucky dan Brian Fitzpatrick dari Pennsylvania, memberikan suara menolak.
Setelah DPR AS meloloskan RUU tersebut, Juru Bicara Gedung Putih Karoline Leavitt menyebut RUU itu sebagai "sebuah rangkuman dari semua kebijakan yang diusung sang presiden dalam kampanyenya dan yang dipilih oleh rakyat Amerika," serta mengatakan bahwa hari itu merupakan "hari kemenangan bagi rakyat Amerika".
Gedung Putih memuji pengesahan RUU tersebut sebagai kemenangan legislatif terbesar bagi sang presiden, menyatakan dalam siaran pers pada Kamis sore tersebut bahwa "berulang kali, Presiden Trump dan Partai Republik berjuang dan menang untuk rakyat Amerika".
Apa Dampak One Big Beautiful Bill Act bagi Warga AS?
One Big Beautiful Bill Act" merupakan Rancangan Undang-Undang (RUU) sapu jagat yang merangkum seluruh agenda Trump—mulai dari pemotongan pajak hingga pengetatan perbatasan—ke dalam satu paket kebijakan menyeluruh.
RUU ini akan berdampak pada hampir seluruh warga AS, tanpa memandang tahap kehidupan atau tingkat penghasilan mereka. Seperti dilansir The Post, berikut penjelasannya:
Elon Musk, donatur terbesar untuk kampanye Trump dalam Pilpres AS 2024 namun kini menjadi pihak yang berseberangan, adalah salah satu kritikus "One Big Beautiful Bill Act".
"Ini akan menghancurkan jutaan pekerjaan di AS dan menyebabkan kerugian strategis besar bagi negara kita!" sebut CEO Tesla dan SpaceX itu pada Sabtu (29/6).
"Benar-benar gila dan merusak," tambah Musk. "RUU ini memberi subsidi kepada industri-industri masa lalu sambil merusak secara serius industri-industri masa depan."
Musk seperti dilansir CBS News mengatakan, pengesahan One Big Beautiful Bill Act akan menjadi "bunuh diri politik bagi Partai Republik".
Komentar Musk itu kembali membuka konflik panas yang baru-baru ini terjadi antara dirinya sebagai mantan kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) dan pemerintahan yang baru saja dia tinggalkan.
Musk menolak keras "One Big Beautiful Bill Act", salah satunya karena besarnya anggaran yang diusulkan. Dia menyebut tingkat belanja pemerintah yang tercantum dalam RUU tersebut "gila" dan mengecam ketentuan menaikkan plafon utang negara sebesar USD 5 triliun.
Berikut ini rincian bidang yang terdampak RUU tersebut: klik di sini.
One Big Beautiful Bill Ala Donald Trump Bisa Hambat Investasi AS ke Indonesia, Kok Bisa?
Rancangan Undang-Undang (RUU) soal kebijakan pemerintahan Presiden Amerika Donald Trump segera diteken. Namun, Indonesia disebut akan terkena imbasnya, salah satunya di sektor investasi.
Aturan yang disebut One Big Beautiful Bill (BBB) akan membuka ruang potongan pajak bagi pengusaha AS menjadi permanen. Artinya, ada ruang bagi kenaikan pendapatan perusahaan AS.
Ekonom dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution (ISEAI), Ronny P Sasmita memandang kebijakan yang dinilai jadi insentif buat pengusaha AS itu akan berpengaruh sedikitnya ke investasi Tanah Air.
Rancangan Undang-Undang (RUU) soal kebijakan pemerintahan Presiden Amerika Donald Trump segera diteken. Namun, Indonesia disebut akan terkena imbasnya, salah satunya di sektor investasi.
Aturan yang disebut One Big Beautiful Bill (BBB) akan membuka ruang potongan pajak bagi pengusaha AS menjadi permanen. Artinya, ada ruang bagi kenaikan pendapatan perusahaan AS.
"Imbasnya ke Indonesia nampaknya tidak terlalu besar, walaupun tetap ada imbasnya. Salah satunya, daya tarik berinvestasi di Indonesia menjadi berkurang, karena para mitradagang Amerika akan berusaha untuk merayu Amerika dengan cara berinvestasi di Amerika langsung," ungkap Ronny saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (4/7/2025).
Menurutnya, daya tariknya ada pada sisi tarif yang mahal untuk masuk ke pasar AS, sehingga peluang memproduksi langsung di Negeri Paman Sam bisa jadi pilihan tepat. Ditambah lagi, pajaknya yang turun dan adanya insentif baru yang ditawarkan.
"Artinya, orang kaya di Amerika akan lebih memilih tetap berinvestasi di Amerika. Sehingga potensi mereka berinvestasi di Indonesia akan semakin menurun. Ditambah lagi dengan daya saing Indonesia yang semakin memburuk dalam tahun ini," bebernya.
Kemudian, Ronny juga memandang pasar AS berpotensi mengecil bagi Indonesia. Pasalnya, pengusaha-pengusaha Amerika maupun dari negara lain yang menarget pasar Amerika selama ini, kini akan berusaha untuk berinvestasi langsung di Amerika untuk memenuhi pasar Amerika.
"Dan kondisi ini berpadu dengan tekanan tarif ke Amerika yang juga lebih tinggi pascakebijakan tarif Trump," kata dia.
Namun, secara umum, imbasnya tidak terlalu besar. Alasannya, selama ini Indonesia dinilai kita terlalu berhasil menggaet investor dari Amerika. "Hanya saja, potensi untuk mendapatkan lebih banyak investasi dari orang kaya Amerika memang bertambah kecil," tandasnya.