Menlu RI Sugiono Kecam Penyergapan Israel terhadap Kapal Freedom Flotilla

3 days ago 16

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI) Sugiono buka suara soal tindakan Israel mencegat misi kemanusiaan Freedom Flotilla mencapai Gaza.

"Saya mengecam keras intersepsi kapal Madleen oleh Israel di perairan internasional saat mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Tindakan yang sekali lagi menunjukkan ketidakpedulian Israel terhadap hukum internasional dan menjadi pukulan berat bagi penderitaan rakyat Gaza," ujar Sugiono via platform media sosial X pada Selasa (10/6/2025).

Sugiono menambahkan, "Upaya internasional untuk membuka koridor maritim patut diapresiasi, namun kiranya tidak mengalihkan fokus dari akses bantuan melalui jalur darat yang tetap menjadi kebutuhan paling mendesak."

"Di berbagai forum, saya selalu serukan bahwa pembukaan semua jalur bantuan ke Gaza adalah keharusan. Di KTT Palestina mendatang di New York, saya menyerukan komunitas internasional–khususnya DK PBB–bertindak tegas: lindungi warga sipil & adopsi resolusi untuk akhiri blokade & jamin akses kemanusiaan."

Madleen Dipaksa Bersandar di Pelabuhan Israel

Kapal bantuan yang membawa Greta Thunberg dan 11 aktivis lainnya tiba di pelabuhan Israel pada Senin setelah pasukan Israel menghentikan dan menahan mereka — sebagai bagian dari penegakan blokade lama terhadap Gaza yang semakin diperketat selama perang Israel-Hamas.

Menurut Kementerian Luar Negeri Israel seperti dilansir AP, Madleen tiba di Ashdod pada malam hari dengan dikawal oleh Angkatan Laut Israel. Sebanyak 12 aktivis dilaporkan sedang menjalani pemeriksaan kesehatan untuk memastikan kondisi mereka.

Adalah, sebuah kelompok pembela hak hukum yang mewakili para aktivis, memperkirakan mereka akan ditahan terlebih dahulu di fasilitas penahanan di Ramle sebelum dideportasi.

Para aktivis itu berlayar sebagai bentuk protes terhadap operasi militer Israel di Gaza — yang disebut sebagai salah satu yang paling mematikan dan paling merusak sejak Perang Dunia II — dan terhadap blokade Israel atas masuknya bantuan kemanusiaan. Kedua hal ini telah membuat sekitar 2 juta warga Palestina yang tinggal di wilayah tersebut berada dalam ancaman kelaparan.

Freedom Flotilla Coalition, yang mengorganisasi pelayaran itu, mengatakan para aktivis "diculik oleh pasukan Israel" saat mencoba mengirimkan bantuan yang sangat dibutuhkan.

"Kapal itu dihentikan secara paksa dan tanpa dasar hukum, kru sipil yang tidak bersenjata diculik, dan muatan yang membawa bantuan penyelamat nyawa — termasuk susu formula bayi, makanan, dan pasokan medis — disita," demikian pernyataan mereka.

Mereka menyebut bahwa Madleen disita di perairan internasional sekitar 200 kilometer dari Gaza. Adalah menyatakan Israel tidak memiliki otoritas hukum untuk mengambil alih kapal itu.

Israel: Madleen Adalah Aksi Pencitraan

Kementerian Luar Negeri Israel menggambarkan pelayaran Madleen sebagai aksi pencitraan, dengan menyebut di media sosial bahwa "yacht selfie para 'selebriti' sedang berlayar dengan aman menuju pantai Israel."

Para aktivis, ungkap Kementerian Luar Negeri Israel, akan dipulangkan ke negara asal mereka dan bantuan akan dikirim ke Gaza melalui jalur resmi yang sudah ada.

Pejabat Israel secara terpisah menyebut bahwa Madleen hanya membawa bantuan yang jumlahnya kurang dari satu truk penuh.

"Ini bukan bantuan kemanusiaan, melainkan aktivisme di Instagram," kata juru bicara pemerintah Israel David Mencer. "Sementara itu, Israel telah mengirimkan lebih dari 1.200 truk bantuan dalam dua minggu terakhir. Jadi, siapa sebenarnya yang memberi makan Gaza dan siapa yang sebenarnya hanya memenuhi egonya sendiri? Greta bukan datang dengan bantuan, melainkan untuk menarik perhatian."

Madleen berangkat menuju Gaza dari pelabuhan Catania, Italia, di Sisilia, pada Minggu, 1 Juni 2025.

Read Entire Article